Sunday, November 14, 2010

Tentang Penanganan Bencana Merapi

Berikut adalah rangkuman kultwit @fahrihamzah yang di RT (Retweet) oleh @relawanPKS di twitter. Kuliah berlangsung menjelang Rabu (10/11) dinihari sampai menjelang jam 03.00. Ejaan dan penulisan sengaja tidak kami edit, hanya beberapa kesalahan salah ketik saja (sebagian besar kami abaikan) dan hashtag #merapi kami hilangkan. Banyak sekali butir pikiran yang memompa semangat kerelawanan kita. Selamat membaca.
"Kami baru Rapat Tim DPP+kordinator Jogja. Ada beberapa situasi penting soal lapangan.
Akhir erupsi merapi belum dapat ditebak. Karenanya pemerintah pusat dan daerah tidak punya batas kerja. Padahal, semakin lama di pengungsian, masalah semakin banyak. Terutama soal rasio MCK/pengungsi. Sementara itu, ada kelambatan pencairan dana. Padahal DPR siapkan Rp. 4 T (untuk semua bencana) dan 200 M khusus untuk merapi. BNPB mulai dapat protes pemda karena dana 200 M yg ready itu kok tidak nampak di lapangan? Ada apa?
Ada soal lain, pemda jateng (bibit) dan jogja (sultan) nampaknya ada jarak psycologis dgn pemerintah pusat (sby). Laporan dari TNI malah terungkap bahwa TNI beroperasi dengan dana TNI. Lalu dana BNPB dipakai untuk apa aja? Nampaknya, sdr @AndiAriefNew perlu memantau masalah2 ini. Jangan lupa bahwa radius semburan bisa bertambah. Jangan lupa, setiap penambahan radius 5 Km akan menambah 100.000-an ribu pengungsi baru. Ini sangat mungkin.
Relawan PKS di lapangan titip salam dan mohon do'a. Politik dan negara ini fantasy tapi musibah ini nyata bagi rakyat . Teman2 NGO melihat semua atas inisiatif masyarakat; dapur, tenda, genset, ht, dll. Semua inisiatif masyarakat .
Jumlah orang wafat setiap hari bertambah banyak. Dan negara, tidak nampak menyelesaikan masalah.
Ratusan ribu pengungsi juga manusia. Mereka perlu semua yg menjadikeperluan biologisnya. Apakah ini terpikirkan?

Kita melihat cepatnya inisiatif rakyat dan lambannya birokrasi negara. Di antara negara TNI nampak paling siap.
Belum lagi yang sakit? Luka dan penyakit lainnya? Birokrasi kesehatan kita lambat. Cepatlah belanjakan Rp. 200 milyar itu. Luka ini menganga; pengungsi perlu air bersih, mck, dapur, klinik dan semunya keperluan hidup dalam situasi yg tidak pasti.
Bapak presiden, tidak usah ke merapi lagi agar rapat kabinet tidak perlu pakai masker dan kacamata. Di jakarta saja. Panggil menteri yang relevan, dan semua pejabat terkait. Kasi mereka tugas, kasi mereka uang. Evaluasi rutin pak. Ini masalah serius. Kita sedang diuji untuk menangani masalah kemanusiaan kita secara cermat dan cepat. Ini test kita. Jika kita sukses tangani ini, dunia akan memerlukan uluran tangan kita. Dan Indonesia Raya akan relevan menjadi contoh.
(Sampai di sini Fahri Hamzah masih sempat membuat pesan sponsor alias jeda iklan: "MOHON follow @relawanPKS dan kunjungi webnya di http://relawanpks.org ")

Sementara itu: ‎hitung sederhana: kebutuhan hidup manusia per hari x jumlah pengungsi x lama masa mengungsi..cukupkah 200 M? ‎bagaimana dengan moral? Efek psikologis itulah yg paling sulit utk diatasi secara material. Misalnya bilik suami ister?
Berikut Ini laporan seorang teman: bukan PKS, bukan muslim, seorang perempuan yg gigih:
“Aku td mengatur beberapa pasien yg msh bs transportable utk dipindah ke karyadi krn sardjito, muwardi sudah penuh. ‎Dokter bekerja 12 jam lebih menangani pasien luka bakar yg datang dgn kondisi amat parah dgn mortality rate di atas 60%.”
“‎Di sekolah anak2ku, seminggu tiga kali mereka mengumpulkan dana, pakaian dan makanan utk dikirim ke yogya/mentawai.”
“ Teman2 UGM tanpa putus mengevakuasi bolak balik dgn kendaraan pribadi mrka.. Siapa yg ganti bensinnya? Gak ada! “

Laporan tim evakuasi: banyak pejabat yg turun membantu dan menyumbang dana secara langsung bukan dari pemerintah. ‎Dunia hrs tau, bukan pemerinta yg bergerak cepat.. Tapi masyarakat melalui organisasi2, partai2 dan inisiatif pribadi.

Luka ini, terlalu nyata. Para relawan nampak di layar kita menyisir lereng berdebu itu. Dan mayat ditemuka satu2 entah berapa? Para pemimpin dan kaum intelek harusnya membimbing ke arah perdebatan besar. Bahwa kita akan lalui ini dengan tangkas dan cermat. Pikiran besar :harus jadi rutin kita. Jangan sampai kekanak-kanakan. Kita punya masalah serius dan kita memerlukan orang serius."

0 comments:

Post a Comment

-
-

Powered By Blogger