Zentralrat, yang menggambarkan dirinya sebagai organisasi payung bagi organisasi Islam Jerman, bersama dengan IGD dan Mili Görüş, telah secara de facto menjadi perwakilan dari tiga juta Muslim Jerman. Meskipun IGD adalah anggota Zentralrat, dua organisasi ini seringkali beroperasi secara independen. Jelas, independensi mereka direncanakan.
Dengan banyak organisasi yang beroperasi dengan nama berbeda, Ikhwan Jerman memberikan perspektif yang baru bagi politisi Jerman yang meyakini spektrum perbedaan pendapat. Setiap kali media membutuhkan pandangan tentang Islam, mereka mencari petugas Zentralrat, misalnya perdebatan tentang keabsahan jilbab (jilbab) di sekolah negeri, untuk perang di Irak, dan sebagainya.
Dan para politisi pun mencari dukungan dari Zentralrat ketika mereka ingin menjangkau masyarakat Muslim. Banyak politisi Jerman yang kurang informasi tentang Islam dan tidak memahami tentang Islam. Dari segi angka, pengaruh terhadap komunitas Muslim, dan relevansi politik, Zentralrat dan dua bagian unsur yang paling penting—IGD dan Milli Görüş—mendominasi masyarakat. Ikhwan telah berhasil menjadi suara kaum Muslimin di Jerman.
Pertama Jerman, Kemudian Eropa
Sementara Ikhwan terus bekerja untuk masyarakat Jerman, mereka tidak membatasi diri hanya di negeri Panser itu saja. Pelan namun pasti, dengan perencanaan yang matang, Ikhwan mulai berusaha mendapatkan posisi penting di seluruh Eropa. Di Prancis, Uni des Organisasi Islamiques de France (Persatuan Organisasi Islam Prancis) menjadi organisasi dominan di pemerintah Dewan Islam. Di Italia, Unione delle Comunita 'ed Organizzazioni Islamiche di Italia (Persatuan Masyarakat dan Organisasi Islam di Italia) adalah mitra utama pemerintah dalam dialog mengenai isu-isu Islam Italia.
Selama lima belas tahun terakhir, Ikhwan berusaha menciptakan serangkaian organisasi pan-Eropa seperti Federasi Organisasi Islam di Eropa, di mana wakil-wakil dari organisasi-organisasi nasional dapat bertemu. Mungkin pengaruh besar Ikhwan di Eropa memang masih Islamische Gemeinschaft Deutschland, dengan organisasi pemudanya.
Pada bulan Juni 1996, organisasi pemuda Muslim dari Swedia, Prancis, dan Inggris bergabung dengan Federasi Organisasi Islam di Eropa dan Majelis Pemuda Dunia Muslim untuk menciptakan sebuah organisasi pemuda Islam Eropa. Tiga bulan kemudian, tiga puluh lima delegasi dari sebelas negara bertemu di Leicester, Inggris dan secara resmi meluncurkan Forum Pemuda Muslim Eropa dan Organisasi Mahasiswa (FEMYSO), yang bermarkas di Brussels.
Menurut publikasi resmi, FEMYSO adalah "sebuah jaringan dari 42 organisasi pemuda internasional dari lebih 26 negara yang berbeda."
Secara de facto suara dari pemuda Muslim di Eropa. Mereka secara teratur memunculkan dan membahas isu-isu yang berkaitan dengan umat Islam di Eropa. Mereka juga mengembangkan hubungan yang harmonis dengan: Parlemen Eropa, Dewan Eropa, PBB, Eropa Youth Forum, dan berbagai LSM terkait di tingkat Eropa.
Ibrahim el-Zayat, yang menjadi presiden FEMYSO, bahkan menggunakan FEMYSO untuk mendekati Parlemen Eropa. FEMYSO menyatakan dengan elegan "berkomitmen untuk memerangi prasangka di semua tingkat, sehingga masa depan Eropa adalah inklusif, multikultural dan satu kehormatan."
Dana yang cukup tak disangkal lagi telah membuat Ikhwan dan organisasi lainnya kontribusi di Eropa. Tapi penerimaan mereka ke dalam masyarakat arus utama bernilai substansi lebih dari sekadar retorika. Apakah dalam hal ini Eropa naif? Jika benar, mengapa Eropa demikian? Bassam Tibi, seorang profesor Jerman keturunan Suriah dan seorang ahli tentang Islam di Eropa, berpikir bahwa orang Eropa dan Jerman khususnya takut tuduhan akan rasisme. Setiap kritik terhadap organisasi-organisasi Ikhwan akan dihujat karena rasisme dan penganiayaan anti-Muslim.
Dalam beberapa kasus, politisi banyak yang menjadi wakil yang sah bagi masyarakat Muslim. Seperti di Amerika Serikat, mereka menggambarkan diri sebagai wakil bagi masyarakat Muslim, namun sama sekali tak pernah menyuarakan kepentingan umat Islam itu sendiri.
Apa yang tidak pernah dipahami oleh para politisi Eropa adalah bahwa Ikhwan telah menjadi kekuatan akar rumput. Ikhwan begitu moderat, namun tidak disangkal lagi bahwa mereka menjadi contoh bagi organisasi-organisasi Islam lainnya. Ironi yang lain adalah Hasan al-Banna—pendiri Ikhwan—tidak pernah memimpikan bahwa Islam menyebar tidak hanya di Mesir, tapi juga dunia Islam lainnya. Ia tidak pernah menyadari bahwa sekarang Islam menjadi realitas di Eropa.
Dengan banyak organisasi yang beroperasi dengan nama berbeda, Ikhwan Jerman memberikan perspektif yang baru bagi politisi Jerman yang meyakini spektrum perbedaan pendapat. Setiap kali media membutuhkan pandangan tentang Islam, mereka mencari petugas Zentralrat, misalnya perdebatan tentang keabsahan jilbab (jilbab) di sekolah negeri, untuk perang di Irak, dan sebagainya.
Dan para politisi pun mencari dukungan dari Zentralrat ketika mereka ingin menjangkau masyarakat Muslim. Banyak politisi Jerman yang kurang informasi tentang Islam dan tidak memahami tentang Islam. Dari segi angka, pengaruh terhadap komunitas Muslim, dan relevansi politik, Zentralrat dan dua bagian unsur yang paling penting—IGD dan Milli Görüş—mendominasi masyarakat. Ikhwan telah berhasil menjadi suara kaum Muslimin di Jerman.
Pertama Jerman, Kemudian Eropa
Sementara Ikhwan terus bekerja untuk masyarakat Jerman, mereka tidak membatasi diri hanya di negeri Panser itu saja. Pelan namun pasti, dengan perencanaan yang matang, Ikhwan mulai berusaha mendapatkan posisi penting di seluruh Eropa. Di Prancis, Uni des Organisasi Islamiques de France (Persatuan Organisasi Islam Prancis) menjadi organisasi dominan di pemerintah Dewan Islam. Di Italia, Unione delle Comunita 'ed Organizzazioni Islamiche di Italia (Persatuan Masyarakat dan Organisasi Islam di Italia) adalah mitra utama pemerintah dalam dialog mengenai isu-isu Islam Italia.
Selama lima belas tahun terakhir, Ikhwan berusaha menciptakan serangkaian organisasi pan-Eropa seperti Federasi Organisasi Islam di Eropa, di mana wakil-wakil dari organisasi-organisasi nasional dapat bertemu. Mungkin pengaruh besar Ikhwan di Eropa memang masih Islamische Gemeinschaft Deutschland, dengan organisasi pemudanya.
Pada bulan Juni 1996, organisasi pemuda Muslim dari Swedia, Prancis, dan Inggris bergabung dengan Federasi Organisasi Islam di Eropa dan Majelis Pemuda Dunia Muslim untuk menciptakan sebuah organisasi pemuda Islam Eropa. Tiga bulan kemudian, tiga puluh lima delegasi dari sebelas negara bertemu di Leicester, Inggris dan secara resmi meluncurkan Forum Pemuda Muslim Eropa dan Organisasi Mahasiswa (FEMYSO), yang bermarkas di Brussels.
Menurut publikasi resmi, FEMYSO adalah "sebuah jaringan dari 42 organisasi pemuda internasional dari lebih 26 negara yang berbeda."
Secara de facto suara dari pemuda Muslim di Eropa. Mereka secara teratur memunculkan dan membahas isu-isu yang berkaitan dengan umat Islam di Eropa. Mereka juga mengembangkan hubungan yang harmonis dengan: Parlemen Eropa, Dewan Eropa, PBB, Eropa Youth Forum, dan berbagai LSM terkait di tingkat Eropa.
Ibrahim el-Zayat, yang menjadi presiden FEMYSO, bahkan menggunakan FEMYSO untuk mendekati Parlemen Eropa. FEMYSO menyatakan dengan elegan "berkomitmen untuk memerangi prasangka di semua tingkat, sehingga masa depan Eropa adalah inklusif, multikultural dan satu kehormatan."
Dana yang cukup tak disangkal lagi telah membuat Ikhwan dan organisasi lainnya kontribusi di Eropa. Tapi penerimaan mereka ke dalam masyarakat arus utama bernilai substansi lebih dari sekadar retorika. Apakah dalam hal ini Eropa naif? Jika benar, mengapa Eropa demikian? Bassam Tibi, seorang profesor Jerman keturunan Suriah dan seorang ahli tentang Islam di Eropa, berpikir bahwa orang Eropa dan Jerman khususnya takut tuduhan akan rasisme. Setiap kritik terhadap organisasi-organisasi Ikhwan akan dihujat karena rasisme dan penganiayaan anti-Muslim.
Dalam beberapa kasus, politisi banyak yang menjadi wakil yang sah bagi masyarakat Muslim. Seperti di Amerika Serikat, mereka menggambarkan diri sebagai wakil bagi masyarakat Muslim, namun sama sekali tak pernah menyuarakan kepentingan umat Islam itu sendiri.
Apa yang tidak pernah dipahami oleh para politisi Eropa adalah bahwa Ikhwan telah menjadi kekuatan akar rumput. Ikhwan begitu moderat, namun tidak disangkal lagi bahwa mereka menjadi contoh bagi organisasi-organisasi Islam lainnya. Ironi yang lain adalah Hasan al-Banna—pendiri Ikhwan—tidak pernah memimpikan bahwa Islam menyebar tidak hanya di Mesir, tapi juga dunia Islam lainnya. Ia tidak pernah menyadari bahwa sekarang Islam menjadi realitas di Eropa.
0 comments:
Post a Comment