Thursday, July 26, 2012

Kepemimpinan Para Pembelajar

Umar Bin Khattab termenung lama. Lama sekali. Apakah ini kebaikan atau musibah? Begitu ia bertanya pada dirinya sendiri tentang fenomena kemenangan–kemenangan besar yang ia peroleh. Tiba-tiba ia tersadar bahwa eranya terlalu jauh berbeda dengan era kedua pendahulunya: Rasulullah SAW dan Abu Bakar As-Siddiq.
Di era Umar teritori Khilafah menjadi lebih dari 18 negara kalau dikonversi dengan era sekarang. Populasi umat Islam juga bertambah begitu pesat. Lahirlah sebuah masyarakat yang mulitikultur yang sangat besar. Lalu ada kemakmuran dan kesejahteraan serta kekayaan yang melimpah ruah. Ini semua belum ada di era Nabi dan Khalifah pertama. Itu meresahkan Umar. Apakah ini kebaikan? Atau malah musibah? Kalau ini kebaikan, mengapa ini tidak terjadi pada masa sebelumnya? Kalau ini musibah, Apakah Allah hendak memisahkan aku dari kedua pendahulu?
Ini resah seorang pemimpin yang tidak pernah selesai belajar. Ia bertanya dan terus bertanya. Ia berpikir dan terus berpikir. Dan hasilnya nyata. Hasil pembelajaranya sekarang menjadi sumber pembelajaran nyata. Hasil pembelajarannya sekarang menjadi sumber pembelajaran kita semua. Beliau telah mendampingi Rasulullah SAW sekitar 18 tahun dan mendampingi Abu Bakar selama 2.5 tahun. Beliau telah belajar banyak. Jadi walaupun zaman yang beliau lalui terlalu jauh berbeda, tetapi beliau memiliki sumber pembelajaran lapangan selama 20-an tahun dan itu memadai untuk membantu beliau meletakkan dasar-dasar negara baru di Madinah.
Beliau meletakkan dasar-dasar dari konstitusi dan sistem pemerintahan, menata sistem keuangan negara, memulai pembentukan dan pengorganisasian tentara profesional setelah sebelumnya setiap warga negara diharuskan menjadi mujahid dan prajurit negara, mengatur strategi ekspansi militer yang kemudian melahirkan futuhat atau pembebasan-pembebasan besar yang berpuncak pada pembebasan Al-Aqsha, mendistribusi para ulama ke berbagai wilayah, membentuk pemerintahan-pemerintahan daerah di wilayah-wilayah yang telah dibebaskan.
Itu sebabnya, Rasulullah SAW dan Abu Bakar bersama Umar Bin Khattab selalu diletakkan sebagai founding fathers dari Negara Madinah. Suatu saat sang pendiri negara itu berpesan kepada siapapun yang akan menjadi pemimpin: “Ta’allamu Qobla An Tasuuduu: Belajarlah sebelum kalian memimpin.” [Anis Matta, sumber : Serial Pembelajaran, Majalah Tarbawi]

Wednesday, July 25, 2012

Membangun Jiwa dengan Puasa

Oleh: Dr. Adian Husaini
“Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya!” (Dari “Lagu Indonesia Raya”)
*****
JURNAL pemikiran Islam, Islamia, (Insists-Republika) edisi 19 Juli 2012 menurunkan laporan utama tentang “puasa dan tazkiyyatun nafs” (Puasa dan penyucian jiwa). Dalam artikelnya berjudul “Puasa: Tazkiyatun Nafs dan Jasad”, Dr. Samsuddin Arif mengutip penjelasan Fakhruddin ar-Razi yang menyatakan, bahwa orang yang ibadah puasa Ramadhan merupakan bukti keislaman seseorang. Berpuasa merupakan bukti pengokohan keislaman dan keimanan seorang Muslim.
Selain itu, tulis Dr. Syamsuddin, puasa Ramadhan juga merupakan upaya penyucian jiwa (tazkiyyatun nafs). “Orang yang berpuasa sesungguhnya mensucikan dirinya . Puasa adalah instrumen pembersih kotoran-kotoran jiwa, seperti halnya shalat. Orang yang berpuasa tidak hanya menolak yang haram dan menjauhi yang belum-tentu-halal dan belum-tentu-haram. Jangankan yang syubhat dan yang haram, sedangkan yang jelas halal pun tak dijamahnya. Puasa berfungsi mematahkan dua syahwat sekaligus: yakni syahwat perut dan syahwat kemaluan. Demikian kata Imam ar-Razi dalam kitab tafsirnya (Mafatih al-Ghayb, cetakan Darul Fikr Lebanon 1426/2005, juz 4, jilid 2, hlm. 68).”

Kesabaran

Tidak ada keberanian yang sempurna tanpa kesabaran. Sebab kesabaran adlah nafas yang menentukan lama tidaknya sebuah keberanian bertahan dalam diri seorang pahlawan. Maka, ulama kita dulu mengatakan, “Keberanian itu sesungguhnya hanyalah kesabaran sesaat.”
Resiko adalah pajak keberanian. Dan hanya kesabaran yang dapat menyuplai seorang pemberani dengan kemampuan untuk membayar pajak itu terus menerus. Itulah yang dimaksud Allah swt dalam firman-Nya, “…Jika ada di antara kamu dua puluh orang penyabar, niscaya mereka akan mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada di antara kamu seratus orang (penyabar), niscaya mereka akan mengalahkan seribu orang kafir.” (Al-Anfal: 65).

Monday, July 23, 2012

Tarawih, Bukan Pada Hitungan Rakaat

Oleh: Dr Muhammad Hariyadi, MA
Tarawih merupakan shalat malam (qiyamul lail) di bulan Ramadhan. Tarawih berasal dari kata raahah yang berarti bersantai setelah empat rakaat.
Artinya shalat ini dapat dikerjakan tidak sekaligus dalam satu rangkaian, namun dapat disela-sela dengan kegiatan lain di luar shalat setelah menyelesaikan empat rakaat, empat rakaat.
Rasulullah SAW tercatat tiga kali melakukan shalat tarawih di masjid yang diikuti oleh para sahabat pada waktu lewat tengah malam. Khawatir shalat tarawih diwajibkan karena makin banyaknya sahabat yang turut berjamaah, pada malam ketiga Rasulullah SAW lalu menarik diri dari shalat tarawih berjamaah dan melakukannya sendiri di rumah.

Tujuh Amal Pelancar Rezeki

Setiap orang pasti mendambakan rezeki yang halal, baik, berkah, dan melimpah. Tentu, dengan rezeki tersebut seseorang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Dan untuk mendapatkannya, selain dengan bekerja keras secara ikhlas, tuntas dan cerdas, seseorang harus mengetahui amalan-amalan apa saja yang dapat memperlancar turunnya rezeki.

Pertama, bertaubat dan memperbanyak istighfar. Allah Swt. berfirman,“Maka aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun-,niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (QS. Nuh:10 – 12). Dengan dalil ini, Imam Hasan Al-Bashri selalu menganjurkan kepada orang yang datang kepadanya karen masalah kekeringan, kemiskinan, kemandulan, paceklik dan lain sebagainya untuk selalu membaca istighfar.

Sunday, July 15, 2012

Rukyatul Hilal Versus Hisab; Bukan Semata Soal Adu Argumentasi


Penetapan awal dan akhir Ramadan selalu akan beriringan, setidaknya di negara kita, dengan perdebatan soal standar yang digunakan untuk menetapkannya. Dalam hal ini ada dua perkara yang selalu ‘diadu’ kekuatannya, yaitu metode ‘rukyatul hilal (melihat hilal, bulan tsabit yang muncul pada awal bulan sebagai pertanda awal masuknya bulan hijriah) versus metode hisab (penetapan berdasarkan perhitungan ilmu astronomi). Hasilnya adalah ‘tidak ada yang kalah dan tidak ada yang menang’. Akibatnya, setiap tahun kita akan selalu melihat penetapan yang berbeda dan pada gilirannya, mau tidak mau, masyarakat dibuat bingung olehnya.

10 Langkah Menyambut Ramadhan

Apabila kita akan menyambut tamu, kita akan berusaha menyiapkan penyambutan tamu tersebut dengan sebaik-baiknya, dengan memperindah pemandangan yang ada di rumah, mengumpulkan seluruh keluarga dan menyiapkan berbagai macam hidangan. Terlebih kalau tamu tersebut adalah tamu yang sangat kita hormati, maka persiapan yang kita lakukanpun akan semakin besar dan optimal. Beberapa pekan lagi tamu yang agung akan datang menghampiri kita yaitu Bulan suci Ramadhan. Kita sebagai orang beriman tidak boleh menyia-nyiakan musim ketaatan ini, karena Allah menyuruh kita untuk berlomba-lomba menyambut dan mengisinya ”dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba.” (QS.Muthaffifin:26). kemudian bagaimana kita menyambutnya?
Paling tidak ada 10 langkah yang harus kita lakukan dalam menyambut kedatangan bulan Ramadhan :
Pertama, berdoa agar Allah kembali memberikan kesempatan kepada kita bertemu dengan bulan Ramadhan dalam kondisi sehat wal afiat, sehingga kita bisa melaksanakan ibadah baik puasa, shalat, tilawah dan dzikir. Dari Anas bin Malik ra berkata, Bahwa Rasulullah saw apabila masuk bulan Rajab beliau selalu berdoa ”Allahuma Bariklana fi Rajab wa Sya’ban wa balighna Ramadhan” artinya ” Ya Allah berkahilah kami pada bulan Rajab dan bulan sya’ban dan sampaikan kami ke bulan Ramadhan” (HR.Ahmad dan Tabrani, statusnya dhaif).Dan para salaf shaleh selalu memohon kepada Allah agar diberikan karunia bulan Ramadhan, dan berdoa agar Allah menerima amal mereka, apabila telah masuk awal Ramadhan mereka berdoa kepada Allah ”Allahu akbar, Allahuma Ahillahu ‘alaina bil amni wal iman was salamah wal islam wa taufik lima tuhibbuhu wa tardha” artinya Ya Allah karuniakan kepada kami pada bulan ini keamanan, keimanan, keselamatan dan keislaman dan berikan kepada kami taufik agar mampu melakukan amalan yang engkau cintai dan ridhoi”.

Thursday, July 12, 2012

Partai Islam dan Partai Islami



Bagi pengurus dan pemilih tradisional partai-partai yang berhaluan Islam tentu merasa tersinggung dengan sebuah survei yang menunjukan bahwa partai berhaluan Islam elektabilitasnya terus merosot hingga Pemilu 2014. Banyak faktor yang menyebutkan mengapa elektabilitasnya terus menurun, salah satu faktornya disebutkan, pemilih semakin sekuler di mana agama tidak lagi menjadi faktor utama yang mempengaruhi pilihan publik dalam pemilu.
Apa yang dilakukan oleh salah satu lembaga survei itu sebenarnya bukan hal yang baru. Partai-partai berhaluan Islam sudah sejak lama memprediksi hal itu dan segera menyusun strategi baru. Partai-partai Islam sudah merasa kalau hanya mengandalkan pemilih tradisional, dengan semakin tingginya angka parlement threshold, maka keberadaan partai-partai Islam akan segera hilang di parlemen.
Pengurus partai-partai Islam sudah banting stir untuk meluaskan cakupan pemilih. Misalnya, dalam sebuah kesempatan membuka Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) II dan Harlah XXXVII PPP (Partai Persatuan Pembangunan), di Medan, Sumatera Utara, Januari 2010, Ketua Umum PPP Suryadharma Ali mengatakan, isu keislaman tidak mampu mendongkrak dukungan bagi partai Islam. Ini bisa terjadi karena dikatakan, persoalan krusial yang menjadi perhatian utama masyarakat adalah keterjangkauan harga

Tuesday, June 26, 2012

DPR Dari Partai Islam Diminta Tiru Yoyo Yusroh


Ditengah proses Rapat Dengar Pendapat (RDPU) RUU Keadilan dan Kesetaraan Gender (KKG) oleh Komisi VIII DPR RI. Pada hari Kamis (21/06/2012) kemarin, Komisi VIII DPR RI melakukan re-strukturisasi dalam tubuh Komisi VIII dengan melantik Jazuli Juwaini, MA menggantikan Surahman Hidayat dari Fraksi PKS sebagai Wakil Ketua Komisi VIII menemani Ida Fauziah sebagai Ketua Komisi VIII dari Fraksi PKB, sementara pemimpin 23 orang anggota Panja RUU KKG adalah Chaerunnisa dari Fraksi Golkar.

Menyikapi amanah baru yang diberikan padanya di antara pro kontra RUU KKG, Jazuli Juwaini menjelaskan bahwa ia berharap dengan posisi strategisnya di Komisi VIII bisa menambah kesolidan dalam bekerja untuk melahirkan produk undang-undang yang bisa dirasakan maslahatnya bagi rakyat republik Indonesia.
“Sudah banyak sebenarnya undang-undang yang sudah memihak kepada perempuan, tapi ada beberapa hal yang kelihatannya perlu dikokohkan lagi, ini lebih diformalkan seperti halnya hak cuti,” jelasnya menekankan bahwa membela hak cuti bagi wanita yang hamil agar mendapat libur panjang dan tunjangan yang relevan juga perlu serius diperjuangkan.
Namun begitu, Jazuli menekankan bahwa gagasan RUU KKG ini tidak boleh melabrak prinsip-prinsip agama dan norma. Menurutnya itu hal yang harus dicatat oleh semua pihak.

Sunday, June 24, 2012

Menghimpun Daun-daun Berserakan

Walaupun satu keluarga
Kami tak saling mengenal
Himpunlah daun-daun yang berhamburan ini
Hidupkan lagi ajaran saling mencintai
Ajari lagi kami berkhidmat seperti dulu
Itulah beberapa bait dari sajak doa Iqbal. Mungkin batinnya menjerit pada kesaksiannya atas zamannya; umat ini seperti daun-daun yang berhamburan. Seperti daun-daun yang gugur diterpa angin, tak ada lagi kekuatan yang dapat menghimpunnya kembali, menatanya seperti ketika ia masih menggayut pada pohonnya.
Begitulah kenyataan umat ini; mungkin banyak orang shalih diantara mereka, tapi semuanya seperti daun-daun yang berhamburan, tidak terhimpun dalam sebuah wadah yang bernama jama’ah. Mungkin banyak orang hebat di antara mereka, tapi kehebatan mereka hilang diterpa angin zaman. Mungkin banyak potensi yang tersimpan pada individu-individu di antara mereka, tapi semuanya berserakan di sana sini, tak terhimpun.
Maka, jama’ah adalah alat yang diberikan Islam bagi umatnya untuk menghimpun daun-daun yang berhamburan itu, supaya kekuatan setiap orang shalih, orang hebat atau satu potensi bertemu padu dengan kekuatan saudaranya yang lain, yang sama shalihnya, yang sama hebatnya, yang sama potensialnya.
Jama’ah juga merupakan cara yang paling tepat untuk menyederhanakan perbedaan-perbedaan pada individu. Di dalam satu jama’ah, individu-individu yang mempunyai kemiripan disatukan dalam sebuah simpul. Maka, meskipun ada banyak jama’ah, itu tetap lebih baik daripada tidak ada sama sekali. Bagaimanapun, jauh lebih mudah memetakan orang banyak melalui pengelompokan atau simpul-simpulnya, ketimbang harus memetakan mereka sebagai individu.

Friday, June 22, 2012

Bulan sya'ban


Bulan Sya’ban secara urutan bulan Hijriah jatuh sebelum bulan Ramadhan. Dalam riwayat Imam Bukhari, Aisyah Radhiyallahu ‘Anh menceritakan, bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam selalu memperbanyak puasa di bulan Sya’ban. Bahkan dalam riwayat lain dikatakan bahwa tidak ada bulan melebihi bulan Sya’ban di dalamnya Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam berpuasa. Dalam hadits lain disebutkan bahwa Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam berpuasa mayoritas hari-hari bulan Sya’ban. Mengapa?
Ada beberapa rahasia di antaranya:
Pertama, puasa adalah kebutuhan fitrah manusia. Karena itu Allah mewajibkan hamba-hamba-Nya berpuasa. Dalam surah Al Baqarah 183 Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan bahwa puasa tidak hanya diwajibkan kepada umat manusia tertentu tetapi juga kepada umat manusia terdahulu. Ini menunjukkan bahwa puasa merupakan ibadah yang tidak bisa tidak harus dilakukan. Ilmu kedokteran modern membuktikan bahwa dengan puasa pencernaan seseorang akan istirahat dari rasa lelah yang sekian lama terus menerus digunakan untuk mengolah makanan. Maka semakin sering seseorang berpuasa ia akan semakin sehat. Sebab kemungkinan timbulnya penyakit yang seringkali disebabkan oleh makanan akan tercegah secara otomatis ketika ia berpuasa.

Thursday, June 21, 2012

Madlul Syahadah (Kandungan Kalimat Syahadah), Bagian ke-1

Kirim Print
dakwatuna.com - Syahadah atau syahadat berasal dari kata syahida, yang berarti “memberi tahu dengan berita yang pasti” atau “mengakui apa yang diketahui” (Al-Mu’jam Al-Wasith). Dari makna bahasa ini, kita mendapati beberapa makna yang diisyaratkan Al-Qur’an tentang kata ini.
1. Ikrar (Al-Iqrar)
Syahadat merupakan sebuah pernyataan (ikrar), yaitu suatu statement seorang muslim mengenai keyakinannya. Ini adalah pernyataan yang sangat kuat karena didukung oleh Allah SWT, malaikat, dan orang-orang yang berilmu (para nabi dan orang yang beriman).  Hal ini sebagaimana dalam firman Allah SWT,
شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ وَالْمَلَائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ ۚ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ ﴿١٨﴾
”Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan dia (yang berhak disembah), yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan dia (yang berhak disembah), yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Ali Imran: 18)
Dalam ayat lain disebutkan bahwa sesungguhnya sebelum manusia dilahirkan, manusia telah berikrar atau memberikan kesaksian bahwa Allah SWT adalah Tuhan para manusia (Tauhid Rububiyatullah). Hal ini diingatkan Allah SWT dalam ayat berikut ini,
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِن بَنِي آدَمَ مِن ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَىٰ أَنفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ ۖ قَالُوا بَلَىٰ ۛ شَهِدْنَا ۛ أَن تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَٰذَا غَافِلِينَ﴿١٧٢﴾
”Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku Ini Tuhanmu?” mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap Ini (keesaan Tuhan)”. (Al-A’raf: 172).
Selain itu, para nabi sebelum Nabi Muhammad SAW, seluruhnya telah berikrar mengakui kerasulan Muhammad SAW meskipun mereka hidup sebelum kedatangan Rasulullah SAW. Allah SWT mengingatkan hal ini dalam firman-Nya,
وَإِذْ أَخَذَ اللَّهُ مِيثَاقَ النَّبِيِّينَ لَمَا آتَيْتُكُم مِّن كِتَابٍ وَحِكْمَةٍ ثُمَّ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مُّصَدِّقٌ لِّمَا مَعَكُمْ لَتُؤْمِنُنَّ بِهِ وَلَتَنصُرُنَّهُ ۚ قَالَ أَأَقْرَرْتُمْ وَأَخَذْتُمْ عَلَىٰ ذَٰلِكُمْ إِصْرِي ۖ قَالُوا أَقْرَرْنَا ۚ قَالَ فَاشْهَدُوا وَأَنَا مَعَكُم مِّنَ الشَّاهِدِينَ﴿٨١﴾
”Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi: “Sungguh, apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa Kitab dan hikmah Kemudian datang kepadamu seorang Rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya”. Allah berfirman: “Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu?” mereka menjawab: “Kami mengakui”. Allah berfirman: “Kalau begitu saksikanlah (hai para Nabi) dan Aku menjadi saksi (pula) bersama kamu.” (QS. Ali Imran: 81).
2. Sumpah (Qosam)
Syahadat juga bermakna sumpah. Sumpah ini merupakan hasil dari ikrar yang telah dijelaskan di atas. Dibalik ikrar, wajib bagi kita untuk menegakkan dan memperjuangkan apa yang diikrarkan. Oleh karena itu pada hakikatnya sumpah (qosam) adalah pernyataan kesediaan menerima akibat dan risiko apapun dalam mengamalkan syahadah. Artinya, muslim yang menyebut asyhadu berarti siap dan bertanggung-jawab terhadap tegaknya Islam. Pelanggaran terhadap sumpah ini adalah kemunafikan dan tempat orang munafik adalah neraka Jahanam.
Jika ditadabburi dalam Al-Qur’an, sesungguhnya orang-orang munafik berlebihan dalam pernyataan syahadahnya, padahal mereka tidak lebih sebagai pendusta. Lihat ayat berikut ini,
إِذَا جَاءَكَ الْمُنَافِقُونَ قَالُوا نَشْهَدُ إِنَّكَ لَرَسُولُ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ إِنَّكَ لَرَسُولُهُ وَاللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَكَاذِبُونَ﴿١﴾اتَّخَذُوا أَيْمَانَهُمْ جُنَّةً فَصَدُّوا عَن سَبِيلِ اللَّهِ ۚ إِنَّهُمْ سَاءَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ﴿٢﴾
”Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: “Kami mengakui, bahwa Sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah”. Dan Allah mengetahui bahwa Sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa Sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta. Mereka itu menjadikan sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya amat buruklah apa yang Telah mereka kerjakan.” (QS. Al-Munafiqun: 1-2)
Beberapa ciri orang yang melanggar sumpahnya yaitu memberikan wala kepada orang-orang kafir, memperolok-olok ayat Allah, mencari kesempatan dalam kesempitan kaum muslimin, menunggu-nunggu kesalahan kaum muslimin, malas dalam shalat dan tidak punya pendirian. Sedangkan orang-orang mukmin yang sumpahnya teguh tidak akan bersifat seperti tersebut. Allah SWT berfirman,
”Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih, (yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka Sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah. Dan sungguh Allah Telah menurunkan kekuatan kepada kamu di dalam Al-Qur’an bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), Maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena Sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam Jahannam, (yaitu) orang-orang yang menunggu-nunggu (peristiwa) yang akan terjadi pada dirimu (hai orang-orang mukmin). Maka jika terjadi bagimu kemenangan dari Allah mereka berkata: “Bukankah kami (turut berperang) beserta kamu?” dan jika orang-orang kafir mendapat keberuntungan (kemenangan) mereka berkata: “Bukankah kami turut memenangkanmu, dan membela kamu dari orang-orang mukmin?” Maka Allah akan memberi Keputusan di antara kamu di hari kiamat dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman. Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali. Mereka dalam keadaan ragu-ragu antara yang demikian (iman atau kafir): tidak masuk kepada golongan Ini (orang-orang beriman) dan tidak (pula) kepada golongan itu (orang-orang kafir), Maka kamu sekali-kali tidak akan mendapat jalan (untuk memberi petunjuk) baginya. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah kamu mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksamu)? Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka.” (QS. An-Nisa’: 138-145).
3. Perjanjian yang Teguh (Mitsaq)
Syahadah juga merupakan perjanjian yang teguh (mitsaq) yang harus diterima dengan sikap sam’an wa tho’atan (kami dengar dan kami taat) didasari dengan iman yang sebenarnya terhadap Allah, Malaikat, Kitab-kitab, Rasul-rasul, Hari Akhir dan Qadar baik maupun buruk.
Allah SWT mengingatkan kita tentang hal ini,
وَاذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَمِيثَاقَهُ الَّذِي وَاثَقَكُم بِهِ إِذْ قُلْتُمْ سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ﴿٧﴾
”Dan ingatlah karunia Allah kepadamu dan perjanjian-Nya yang Telah diikat-Nya dengan kamu, ketika kamu mengatakan, ’Kami dengar dan kami taati.’ dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah mengetahui isi hati(mu).” (Al-Maidah: 7)
Rasul telah mencontohkan hal ini sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an,
آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنزِلَ إِلَيْهِ مِن رَّبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ ۚ كُلٌّ آمَنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِّن رُّسُلِهِ ۚ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۖ غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ ﴿٢٨٥﴾
”Rasul Telah beriman kepada Al-Qur’an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): “Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya”, dan mereka mengatakan: “Kami dengar dan kami taat.” (Mereka berdoa): “Ampunilah kami Ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali.” (QS. Al-Baqarah: 285).
Pelanggaran terhadap mitsaq akan berakibat laknat Allah seperti yang pernah terjadi pada orang-orang Yahudi.
وَإِذْ أَخَذْنَا مِيثَاقَكُمْ وَرَفَعْنَا فَوْقَكُمُ الطُّورَ خُذُوا مَا آتَيْنَاكُم بِقُوَّةٍ وَاسْمَعُوا ۖ قَالُوا سَمِعْنَا وَعَصَيْنَا وَأُشْرِبُوا فِي قُلُوبِهِمُ الْعِجْلَ بِكُفْرِهِمْ ۚ قُلْ بِئْسَمَا يَأْمُرُكُم بِهِ إِيمَانُكُمْ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ ﴿٩٣﴾
”Dan (ingatlah), ketika kami mengambil janji dari kamu dan kami angkat bukit (Thursina) di atasmu (seraya kami berfirman), ’Peganglah teguh-teguh apa yang kami berikan kepadamu dan dengarkanlah!’ mereka menjawab, ’Kami mendengar tetapi tidak mentaati.’ Dan telah diresapkan ke dalam hati mereka itu (kecintaan menyembah) anak sapi karena kekafirannya. Katakanlah, ’Amat jahat perbuatan yang telah diperintahkan imanmu kepadamu jika betul kamu beriman (kepada Taurat).’” (QS. Al-Baqarah: 93)
– Bersambung…

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2012/06/21156/madlul-syahadah-kandungan-kalimat-syahadah-bagian-ke-1/#ixzz1yRwAk0Gg

Sya’ban Gerbang Ramadhan


Waktu berjalan dengan begitu cepat, saat ini kita sudah menapaki hari-hari awal bulan sya’ban. Ramadhan telah tiba di hadapan, padahal seolah belum lama kita meninggalkan bulan mulia itu dengan suka cita hari raya. Maka benarlah apa yang diisyaratkan Rasulullah SAW dalam haditsnya : “ Ada dua nikmat yang kebanyakan manusia lalai daripadanya : kesehatan dan kesempatan (waktu luang) “ (HR Bukhori) . Karena itulah, mari kita segera berbenah diri sejak dini, menata hati dan langkah menyambut ramadhan, di mulai dari bulan Sya’ban ini.



Rasulullah SAW dan para sahabat sejak awal telah menjadikan bulan sya’ban sebagai bulan persiapan menyambut Ramadhan dengan memperbanyak puasa sunnah. Secara khusus disebutkan dalam hadits tentang keutamaan bulan sya’ban : Dari Usamah bin Zaid, ia bertanya pada Rasulullah SAW : “ Wahai Rasulullah, aku belum pernah melihatmu berpuasa pada sebuah bulan yang lebih banyak dari puasamu di bulan sya’ban ? “. Maka Rasulullah SAW menjawab : “ (Sya’ban) itu adalah bulan antara Rojab dan Ramadhan yang kebanyakan manusia melalaikannya. Sya’ban adalah bulan dimana amalan-amalan diangkat menuju sisi Tuhan Semesta Alam, karenanya aku suka ketika amal-amalku diangkat, sementara aku dalam keadaaan berpuasa “ (HR Nasa’i)
Ibaratnya kedatangan tamu mulia, maka tuan rumah yang baik tentu akan mempersiapkan sambutan yang terbaik. Kita semua kaum muslimin adalah tuan rumah yang akan mempersiapkan kedatangan Ramadhan, mulai dari bulan Sya’ban ini. Adapun serangkaian persiapan di bulan Sya’ban yang bisa kita lakukan antara lain :
Pertama : Persiapan Keimanan dan Kejiwaan dengan Berdoa & Memperbanyak Ibadah
Perintah puasa sejatinya ditujukan kepada orang-orang beriman. Di dalam surat al-Baqoroh 183 begitu jelas keimanan kita disentuh dengan panggilan kesayangan: “ wahai orang-orang yang beriman” . Karenanya langkah awal persiapan di bulan Sya’ban ini adalah mengkondisikan keimanan kita, agar benar-benar layak dan siap untuk mengisi bulan mulia tersebut. Persiapan keimanan dan pengkondisian jiwa juga dilakukan oleh Rasulullah SAW, bahkan sejak awal bulan Rajab. Dalam riwayat dari Anas bin Malik ra disebutkan : Bahwasanya Rasulullah SAW ketika memasuki bulan Rajab berdoa : “ Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban, serta sampaikanlah (usia) kami pada bulan Ramadhan “ (HR Ahmad). Dengan berdoa dan memperbanyak ibadah, maka kondisi keimanan kita akan terjaga hingga Ramadhan menjelang. Begitu pula secara konsentrasi, pikiran dan jiwa kita akan fokus dalam menyambut tamu mulia itu.
Kedua : Memperbanyak Puasa dan Membayar Hutang Puasa
Selain persiapan keimanan, kita juga bisa melakukan persiapan Ramadhan secara lebih fokus yaitu dengan memperbanyak puasa sunnah di bulan Sya’ban. Rasulullah SAW telah memberikan contoh begitu jelas pada kita –sebagaimana disebutkan dalam hadits terdahulu – betapa beliau lebih mengintensifkan puasa sunnah di bulan Sya’ban. Bagi kita ini persiapan semacam ini tentu menjadi sangat penting, khususnya banyak dari kita yang melewati satu tahun dengan penuh kesibukan hingga jarang melakukan puasa sunnah. Begitu pula secara khusus bagi kaum wanita yang masih mempunyai tanggungan hutang puasa ramadhan di tahun lalu, maka bulan Sya’ban ini waktu yang tepat untuk segera melunasinya. Diriwayatkan pula dalam Shahih Bukhori, bagaimana Aisyah binti Abu Bakar ra, istri Rasulullah SAW pun baru bisa mengganti hutang puasanya di bulan Sya’ban, karena kesibukannya dalam membantu Rasulullah SAW .
Ketiga : Persiapan Ilmu
Bulan Ramadhan adalah bulan penuh keberkahan yang di dalamnya kita dianjurkan memperbanyak kebaikan. Banyak juga amalan-amalan lain di luar puasa yang semestinya kita lakukan di bulan Ramadhan, seperti : sedekah, memberi buka, tilawah dan tentu saja shalat tarawih. Anggapan Ramadhan sekedar bulan puasa hanya akan mengecilkan semangat kita dalam memperbanyak kebaikan di bulan mulia tersebut. Karenanya kita membutuhkan persiapan keilmuan sejak dini tentang bulan Ramadhan, agar saat bulan mulia itu menjelang, kita benar-benar tahu dan yakin tentang apa yang harus kita lakukan dalam mengisinya. Banyak kita saksikan di televisi dan media, saat Ramadhan telah beranjak setengah perjalanan masih saja banyak pertanyaan-pertanyaan mendasar seputar puasa, khususnya apa yang boleh dan apa yang tidak boleh. Ini menunjukkan kekurangsiapan kita dalam menjalani ibadah puasa.
Bulan Sya’ban ini adalah waktu yang tepat kita mempersiapkan keilmuan kita untuk mengoptimalkan pahala Ramadhan. Agar kita bisa mengisinya dengan optimal, dan berusaha menjalankan puasa dengan sempurna. Rasulullah SAW telah mengingatkan tentang puasa yang sia-sia. Dari riwayat Abu Hurairah ra beliau bersabda : “ Betapa banyak orang berpuasa tapi tidak ada baginya pahala puasa kecuali lapar saja, dan betapa banyak orang sholat malam (tarawih), tapi tidak ada baginya pahala kecuali (kelelahan) begadang saja” (HR An-Nasa’i).
Akhirnya, marilah kita mengajak keluarga kita, saudara dan juga sahabat untuk bersama-sama menjadikan bulan Sya’ban ini sebagai bulan persiapan. Dari mulai persiapan keimanan hingga keilmuan, kita wujudkan satu demi satu pada hari-hari kita, pada rumah tangga dan lingkungan kita. Semoga Allah SWT memberikan kemudahan dan keberkahan. Wallahu a’lam.
Jika anda suka dengan berita atau artikel di atas, silahkan share dengan mengklik tombol di bawah ini

Sunday, June 17, 2012

Sehatkan Ragamu Kuatkan Ruhiyahmu

SEBAGAI ajaran yang sempurna, Islam tidak melewatkan satu aspek pun dalam kehidupan kecuali telah diberikan acuan atau ketentuan agar umat Islam bisa hidup dengan sebaik-baiknya. Satu di antaranya adalah aspek jasadiah dan ruhaniyah sekaligus. Islam memang tidak menghendaki umatnya hidup secara timpang (QS. 28 : 77). Islam menghendaki umatnya tampil secara prima dalam dua aspek sekaligus. Yaitu jasmani dan juga rohani.
Dalam beberapa ayat atau pun hadis terdapat anjuran ataupun perintah (baik langsung maupun tidak langsung) dari Allah dan rasul-Nya agar umat Islam memelihara kesehatan jasmani dan ruhani secara bersamaan. Dengan hal tersebut setiap umat Islam bisa berjihad dengan segenap potensi yang dimiliki.
Misalnya seperti yang Allah firmankan dalam surah al-Anfal ayat 60;
وَأَعِدُّواْ لَهُم مَّا اسْتَطَعْتُم مِّن قُوَّةٍ وَمِن رِّبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِ عَدْوَّ اللّهِ وَعَدُوَّكُمْ وَآخَرِينَ مِن دُونِهِمْ لاَ تَعْلَمُونَهُمُ اللّهُ يَعْلَمُهُمْ وَمَا تُنفِقُواْ مِن شَيْءٍ فِي سَبِيلِ اللّهِ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنتُمْ لاَ تُظْلَمُونَ
“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu”.
Dalam sebuah hadits diriwayatkan bahwa, “Dari Uqbah bin Amir, berkata dia: saya mendengar Rasulullah Shalallaahu ‘Alaihi Wasallam (صلى الله عليه و سلم) di atas mimbar membaca: Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka apa saja yang kamu sanggupi dari kuda-kuda yang di tambat. Al Ayat, ketahuilah sesungguhnya kekuatan itu pandai memanah. Ketahuilah sesungguhnya kekuatan itu pandai memanah.” (Hadis Riwayat Muslim).
Olahraga dan Cerdas Mengolah Waktu
Tentu kekuatan yang paling pertama harus disiapkan adalah kekuatan fisik. Hari ini karena beragam kesibukan banyak sebagian kita yang abai terhadap kondisi fisik. Akhirnya otot-otot tubuh tidak mendapat ruang untuk bergerak dan menjadikan tubuh kian hari kian lemah. Ditambah dengan pola makan yang kurang sehat (makanan instant atau cepat saji) menjadikan sebagian umat Islam rentan terserang penyakit.
Islam menegaskan pentingnya olahraga untuk menciptakan generasi Rabbani yang kuat dan sehat. Oleh karenanya, Islam mengajarkan setiap muslim untuk mengajarkan anak-anaknya bagaimana cara memanah, berenang, dan berkuda, dll jenis olah raga yang mbermanfaat untuk kesehatan individu.
Olahraga akan menjadikan otot lebih aktif yang bisa membuat tubuh kita semakin kuat. Olah raga juga menyebabkan terpenuhinya kebutuhan terhadap obat yang dibutuhkan dan sangat diperlukan bagi orang yang tidak pernah olah raga.
Sebenarnya sejauh umat Islam taat menjalankan syariat tentu dia telah melakukan olahraga sekalipun sedang dalam menjalankan ibadah mahdhah. Sholat misalnya, di dalamnya terdapat unsur gerak yang kalau kita melakukan sholat dengan benar juga bisa mendatangkan kesehatan yang sangat bermanfaat bagi tubuh. Demikian pula halnya dengan ibadah haji yang di dalamnya ada sa’i dan thawaf.
Adalah satu kebaikan jika umat Islam mengatur jadwal pekanannya untuk berolahraga secara teratur dan terus-menerus. Sebab hal itu akan menjadikannya lebih gesti dan lincah dalam bergerak dan bekerja atau pun dalam menyelesaikan perkara-perkara fisik bahkan ibadah.
Namun demikian seorang hamba tidak seharusnya menjadikan olahraga badan sebagai tujuannya dan maksud utama, sehingga menyita waktu yang menjadikan hilangnya tujuan yang bermanfaat baik bagi agama dan dunianya. Apalagi seperti kebanyakan hari ini, banyak sekali orang yang gemar melihat pertandingan olahraga namun malas berolahraga.
Sepak bola misalnya, ada banyak orang yang rela bangun tengah malam sekedar untuk menonton pertandingan sepak bola. Sementara esok harinya sedikit di antara mereka yang benar-benar mengisi waktu dengan baik, bahkan sebagian besar terdampar di atas tidur karena tak kuasa menahan rasa kantuk.
Apabila seperti itu kondisinya maka kita akan termasuk kelompok orang yang suka menyia-nyiakan waktu alias tidak pandai mensyukuri waktu yang itu berarti secara perlahan akan mengikis kualitas ke-Islam-an kita sendiri.
Rasulullah Shalallaahu ‘Alaihi Wasallam (صلى الله عليه و سلم) bersabda, Di antara tanda kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat baginya.” (HR. Tirmidzi).
Perlu digarisbawahi juga bahwa membuang-buang waktu itu hampir sama dengan kematian yaitu sama-sama memiliki sesuatu yang hilang.
Ibnul Qoyyim dalam kitab al-Fawaa’idnya berpendapat, “(Ketahuilah bahwa) menyia-nyiakan waktu lebih jelek dari kematian. Menyia-nyiakan waktu akan memutuskanmu (membuatmu lalai) dari Allah dan negeri akhirat. Sedangkan kematian hanyalah memutuskanmu dari dunia dan penghuninya.”
Ibadah
Tujuan kita berolahraga adalah untuk menjaga stamina tubuh agar tetap sehat yang dengannya kita bisa menjalankan perintah Allah sebagai hamba dengan sebaik-baiknya. Maka sangat aneh jika ada seorang Muslim rajin berolahraga tapi malas beribadah, menuntut ilmu, dan bekerja keras.
Di sini cukup banyak orang keliru. Merasa bahwa dalam hidup ini yang penting adalah menjaga kesehatan badan semata. Padahal manusia yang baik itu adalah manusia yang sehat jiwa dan raganya. Oleh karena itu sudah seharusnya setiap umat Islam yang rajin berolahraga juga harus rajin beribadah, menuntut ilmu dan amal sholeh.
Akibatnya waktu olahraga pun banyak dilakukan diwaktu yang kurang tepat. Misalnya bermain futsal setelah sholat Isya. Hal itu tentu kurang bisa dibenarkan. Sebab syariat Islam menghendaki kita tidur lebih awal jika tidak ada kepentingan mendesak untuk begadang.
Selain itu olahraga di malam hari juga berpotensi menjadikan tubuh mengalami kelelahan yang berat. Sebab siang hari tubuh telah beraktivitas cukup lama. Akibatnya bisa enggan bangun di sepertiga malam, di mana Allah akan mengabulkan doa hamba-Nya yang sholat tahajjud, bahkan ada yang sampai terlambat bangun sholat Shubuh.
Dengan demikian sebagai pribadi Muslim mari kita atur hidup kita agar bisa mendapatkan kehidupan yang baik. Sehat jasmani kuat rohani. Mulai sekarang, hendaklah setiap kita berusaha menjadi Muslim seutuhnya.
Gemar olahraga ya juga aktif mentadabburi al-Qur’an atau pun memperdalam pemahaman terhadap ajaran Islam. Insya Alalh dengan seperti itu kita akan menjadi Muslim yang sempurna. Yaitu Muslim yang sehat jasmaninya dan kuat ruhaninya. Amin.*/Imam Nawawi
Sumber : http://hidayatullah.com/read/21679/14/03/2012/sehatkan-ragamu-kuatkan-ruhiyahmu!.html

Thursday, June 7, 2012

Seputar Qunut Nazilah

Ust Abdullah HaidirOleh Abdullah Haidir, Lc

Di masjid-masjid dalam Kerajaan Arab Saudi selama beberapa bulan terakhir ini kerap dibacakan do’a qunut nazilah pada shalat fardhu dalam rangka mendo’akan rakyat Suriah yang sedang mengalami penderitaan akibat kedhaliman penguasa. Apa dan bagaimana sebenarnya qunut nazilah itu? Berikut sedikit uraiannya, semoga bermanfaat bagi pembaca.


Definisi


Qunut (قنوت) memilik banyak makna, namun dalam hal ini, yang dimaksud adalah berdoa kala berdiri dalam shalat.

Nazilah (نازلة) artinya:  Bencana yang sangat berat. Jamaknya adalah nawazil   (نوازل)


Maka, yang dimaksud Qunut Nazilah secara umum adalah doa yang dipanjatkan saat berdiri dalam shalat apabila terjadi bencana bencana besar yang menimpa kaum muslimin secara masal. Seperti adanya pihak yang memerangi kaum muslimin, kelaparan masal, wabah penyakit atau sebagainya.

Tuesday, June 5, 2012

Para Pencipta Kemakmuran

Lelaki kaya raya itu menangis tersedu-sedu, selama berhari-hari, menjelang kematiannya. Bukan karena ia takut mati. Atau sedih karena harus meninggalkan kekayaanya yang melimpah ruah. Ia justru sedih karena tak mengerti bagaimana menafsirkan kekayaan dan kemakmurannya
Begini ia bertanya pada dirinya sendiri: ”Ada sahabat Rasulullah SAW yang jauh lebih baik dariku, yaitu Mus’ab bin Umair, yang ketika wafat tidak meninggalkan harta sedikitpun juga. Ia bahkan tidak punya cukup kain kafan untuk menutupi jasadnya, hingga jika kepalanya ditutup maka kakinya terbuka, jika kakinya ditutup maka kepalanya terbuka. Lalu apa artinya bahwa mendapatkan kekayaan yang melimpah ruah ini sementara mereka tidak?? Tidakkah kekayaan ini malah akan mengantarkan aku ke neraka??”
Lelaki kaya itu, Abdurrahman bin Auf, mengulang-ulang pertanyaan itu, sembari menangis, sampai ia menghembuskan nafasnya yang terakhir
Kebanyakan kita belajar makna zuhud dari cerita itu. Tapi begitu kita menarik konteks di mana Abdurrahman bin Auf hidup dan bekerja, segera saja kita temukan nama beliau di deretan para sahabat Nabi yang ikut berjihad di semua medan tempur sepanjang hidupnya, ahli ibadah yang tidak kenal lelah, penderma yang tidak pernah berhenti berderma, yang pertama kali mengundurkan diri dari pencalonannya sebagai khalifah setelah Umar bin Khattab terbunuh. Semua makna zuhud ada di situ, persis di jantung kepribadiannya. Ia seharusnya tidak perlu menangis seperti itu jika semua makna zuhud itu kita nisbatkan kepada dirinya

Wednesday, May 30, 2012

7 PEREMPUAN KLATEN TERIMA AWARD PKS KLATEN

KLATEN - Bidang Kewanitaan (Bidwan) bekerja sama dengan Deputi Jaringan Lembaga Wanita (JLW) PKS Klaten mengadakan Pemberian Apresiasi bagi Perempuan Klaten. Sebuah program pemberian Award bagi perempuan yang terpilih berdasarkan 7 kategori yaitu pendidikan, kesehatan, ibu teladan, dedikasi untuk wanita dan keluarga, pemberdayaan perempuan, sosial kemasyarakatan dan enterpreuner muslimah. Penjaringan dilaksanakan selama bulan April-Mei 2012 dan puncak penganugerahan Award diserahkan pada acara Hari Apresiasi dan Bakti Perempuan PKS, Minggu (27/05) di Aula Kantor DPD PKS Klaten.
Acara ini akan menghadirkan lebih dari 200 undangan yang terdiri dari para tokoh wanita penggerak PKK Kabupaten Klaten, ibu-ibu dari majelis ta’lim se-kabupaten Klaten, PWK dari setiap kecamatan dan kelurahan juga utusan Bidwan dari 26 DPC PKS se-Klaten serta para nominator peserta lomba.

-
-

Powered By Blogger