Iedul Adha 10 Dzulhijjah 1431 H yang bertepatan dengan hari Selasa, 16 November 2010 H dilaksanakan secara antusias oleh rakyat Gaza, tak terkecuali dua relawan MER-C, Abdillah Onim dan Ir. Nur Ikhwan Abadi, yang sedang menunaikan amanah untuk mengawal program pembangunan RS Indonesia di Jalur Gaza.
Ba’da shalat subuh dua relawan MER-C bergegas menuju ke tempat shalat dengan berjalan kaki menuju sebuah lapangan terbuka, tepatnya di Stadion Palestina Gaza City yang terletak sekitar 600 m dari posko MER-C di Gaza.
Pagi itu nampak rakyat Gaza, mulai berbondong-bondong mendatangi tempat shalat, ada yang berjalan kaki, berkendaraan, ada yang menggunakan kuda, keledai untuk mendatangi tempat-tampat shalat.
Perjalanan menuju lapangan hanya memakan waktu 15 menit berjalan kaki. Nampak para petugas keamanan berjaga di sekitar tempat shalat. Karena masih pagi, belum banyak orang yang datang, baru empat shaf terisi, relawan MER-C mengambil posisi di shaf ketiga dari depan.
Beberapa pejabat pemerintahan Gaza tampak mulai berdatangan. Mereka mengambil posisi di shaf terdepan, sementara di shaf kedua terdiri dari beberapa pengawal-pengawal mereka.
Para jamaah shalat Ied mulai berdatangan memadati lapangan, puluhan ribu orang memadati lapangan tempat shalat baik tua, muda, anak-anak, pria dan wanita. Antusiasme rakyat Gaza kali ini terlihat dari banyaknya jamaah shalat Ied yang hadir di lapangan tersebut. Hampir seluruh lapangan terisi oleh jamaah. Sekitar pukul 06.45 pagi waktu setempat, datanglah Imaam sekaligus khatib shalat Ied kali ini. Dia adalah Perdana Menteri Ismail Haniya. Kedatangannya langsung disambut oleh puluhan wartawan yang berusaha mendekat untuk mengambil gambar.
Setelah bersalaman sejenak dengan beberapa orang di shaf terdepan, Haniya langsung menuju ke depan untuk memulai shalat Ied. Selesai shalat Haniya langsung menuju ke atas mimbar untuk memulai khutbahnya.
Dalam khutbahnya Ismail Haniya mengatakan bahwa walaupun kita berbeda, namun kita adalah ummat yang satu, kitab suci kita satu, Nabi kita satu, dan Tuhan kita satu. Haniya juga mengatakan pentingnya untuk membela Masjid Al-Aqsha, Masjid suci ketiga setalah Masjidil Haram dan Masjid Nabawi.
Pad kesempatan khutbah kali ini, Ismail Haniya juga menyinggung soal rekonsiliasi antara faksi Fatah dan Hamas yang dilakukan di Damaskus pekan lalu.
“Pintu rekonsiliasi masih terbuka meskipun terjadi penurunan pada putaran akhir dialog,” kata Haniya. Ia juga mengakui bahwa ada perbedaan di antara bangsa Palestina sendiri dalam hal perjuangan merebut kembali Palestina dari penjajah Zionist. Namun bangsa Palestina memiliki satu musuh yang sama dan musuh itu bukanlah rakyat Palestina. Haniya menyerukan kesatuan dan rekonsiliasi bagi bangsa Palestina.
“Kami menyerukan bagi kesatuan dan rekonsiliasi di tanah kami, bangsa kita, bangsa Palestina. Memang benar ada perbedaan politik yang terjadi di Palestina, akan tetapi musuh kita satu dan musuh kita bukan bangsa kita sendiri, tanah ini milik kita dan Al Quds adalah milik kita” tegasnya.
Khutbah yang berlangsung sekitar 40 menit tersebut berlangsung khidmat dan khusyuk, di tengah-tengah pengawalan ketat petugas keamanan yang mengelilingi stadion tersebut. Usai shalat ied, para jamaah langsung menuju ke depan untuk menyalami Ismail Haniya. Dengan senyum khasnya Haniya menyalami satu persatu rakyat Gaza, terasa sekali kedekatan antara pemimpin dan rakyatnya.
Televisi Al-Quds juga menyiarkan kegiatan Haniya setelah shalat Ied, nampak Haniya bersama dengan rakyat Gaza, menyembelih seekor hewan Qurban di dekat kediamannya di Gaza City.
Penduduk Gaza, merayakan Iedul Adha dengan khidmat dan penuh makna, di tengah penderitaan yang mereka alami akibat blokade zionist Israel, tidak menyurutkan niat mereka untuk berqurban.
Abdillah Onim dan Nur Ikhwan Abadi (Dua relawan MER-C yang masih bertugas di Gaza Palestina)
Ba’da shalat subuh dua relawan MER-C bergegas menuju ke tempat shalat dengan berjalan kaki menuju sebuah lapangan terbuka, tepatnya di Stadion Palestina Gaza City yang terletak sekitar 600 m dari posko MER-C di Gaza.
Pagi itu nampak rakyat Gaza, mulai berbondong-bondong mendatangi tempat shalat, ada yang berjalan kaki, berkendaraan, ada yang menggunakan kuda, keledai untuk mendatangi tempat-tampat shalat.
Perjalanan menuju lapangan hanya memakan waktu 15 menit berjalan kaki. Nampak para petugas keamanan berjaga di sekitar tempat shalat. Karena masih pagi, belum banyak orang yang datang, baru empat shaf terisi, relawan MER-C mengambil posisi di shaf ketiga dari depan.
Beberapa pejabat pemerintahan Gaza tampak mulai berdatangan. Mereka mengambil posisi di shaf terdepan, sementara di shaf kedua terdiri dari beberapa pengawal-pengawal mereka.
Para jamaah shalat Ied mulai berdatangan memadati lapangan, puluhan ribu orang memadati lapangan tempat shalat baik tua, muda, anak-anak, pria dan wanita. Antusiasme rakyat Gaza kali ini terlihat dari banyaknya jamaah shalat Ied yang hadir di lapangan tersebut. Hampir seluruh lapangan terisi oleh jamaah. Sekitar pukul 06.45 pagi waktu setempat, datanglah Imaam sekaligus khatib shalat Ied kali ini. Dia adalah Perdana Menteri Ismail Haniya. Kedatangannya langsung disambut oleh puluhan wartawan yang berusaha mendekat untuk mengambil gambar.
Setelah bersalaman sejenak dengan beberapa orang di shaf terdepan, Haniya langsung menuju ke depan untuk memulai shalat Ied. Selesai shalat Haniya langsung menuju ke atas mimbar untuk memulai khutbahnya.
Dalam khutbahnya Ismail Haniya mengatakan bahwa walaupun kita berbeda, namun kita adalah ummat yang satu, kitab suci kita satu, Nabi kita satu, dan Tuhan kita satu. Haniya juga mengatakan pentingnya untuk membela Masjid Al-Aqsha, Masjid suci ketiga setalah Masjidil Haram dan Masjid Nabawi.
Pad kesempatan khutbah kali ini, Ismail Haniya juga menyinggung soal rekonsiliasi antara faksi Fatah dan Hamas yang dilakukan di Damaskus pekan lalu.
“Pintu rekonsiliasi masih terbuka meskipun terjadi penurunan pada putaran akhir dialog,” kata Haniya. Ia juga mengakui bahwa ada perbedaan di antara bangsa Palestina sendiri dalam hal perjuangan merebut kembali Palestina dari penjajah Zionist. Namun bangsa Palestina memiliki satu musuh yang sama dan musuh itu bukanlah rakyat Palestina. Haniya menyerukan kesatuan dan rekonsiliasi bagi bangsa Palestina.
“Kami menyerukan bagi kesatuan dan rekonsiliasi di tanah kami, bangsa kita, bangsa Palestina. Memang benar ada perbedaan politik yang terjadi di Palestina, akan tetapi musuh kita satu dan musuh kita bukan bangsa kita sendiri, tanah ini milik kita dan Al Quds adalah milik kita” tegasnya.
Khutbah yang berlangsung sekitar 40 menit tersebut berlangsung khidmat dan khusyuk, di tengah-tengah pengawalan ketat petugas keamanan yang mengelilingi stadion tersebut. Usai shalat ied, para jamaah langsung menuju ke depan untuk menyalami Ismail Haniya. Dengan senyum khasnya Haniya menyalami satu persatu rakyat Gaza, terasa sekali kedekatan antara pemimpin dan rakyatnya.
Televisi Al-Quds juga menyiarkan kegiatan Haniya setelah shalat Ied, nampak Haniya bersama dengan rakyat Gaza, menyembelih seekor hewan Qurban di dekat kediamannya di Gaza City.
Penduduk Gaza, merayakan Iedul Adha dengan khidmat dan penuh makna, di tengah penderitaan yang mereka alami akibat blokade zionist Israel, tidak menyurutkan niat mereka untuk berqurban.
Abdillah Onim dan Nur Ikhwan Abadi (Dua relawan MER-C yang masih bertugas di Gaza Palestina)
0 comments:
Post a Comment