Wednesday, November 10, 2010

Tasyaffi

Kesalahan adalah tabi'at manusia, apalagi kalau wilayah aktifitasnya pada tataran riil dengan segmen publik yang luas, berbeda kalau wilayah aktifitasnya hanya sebatas wacana dan diskusi terbatas.

.....
Oleh Abdullah Haidir, Lc*
"Jika ia mencuri, maka sesungguhnya, telah pernah mencuri pula saudaranya sebelum itu." (QS. Yusuf: 77)

Kata-kata di atas adalah komentar saudara-saudara Nabi Yusuf yang Allah kisahkan kembali dalam Al-Quran pada surat Yusuf ayat 77. Nabi Yusuf ingin agar Bunyamin tetap bersamanya. Maka dia perintahkan pegawainya memasukkan wadah milik kerajaan ke kantong makanan yang dibawanya dengan tujuan agar dia dituduh mencuri dan akhirnya ditawan dan tidak dapat ikut kembali bersama saudara-saudaranya. Saudara-saudaranya sendiri, yang sudah kadung membenci dan dengki kepada Bunyamin dan Nabi Yusuf, alih-alih membelanya dan mencarikan alibi, mereka justeru memperlebar masalah dengan membawa-bawa nama Nabi Yusuf, 'Wajarlah kalau dia mencuri, wong saudaranya juga pernah mencuri…..' begitu kira-kira jika ayat diatas disederhanakan maknanya.

Sikap di atas dalam bahasa Arab disebut tasyaffii; menumpahkan umpatan yang tersimpan ketika ada berita tentang 'kelakuan buruk' seseorang yang kadung tidak disukai. Perkara berita tersebut benar atau tidak, apakah mutlak salahnya atau tidak, apa latar belakang masalahnya, maksud dan tujuannya apa, itu 'nomor ketigabelas'. Yang penting moment tersebut tidak boleh terlewatkan baginya untuk menyalurkan dan melampiaskan ekspresinya tersebut. Perkara itu ghibah atau bukan, tinggal dicari lah logika pembenarannya, kan sudah biasa berdebat. Gampang saja, bukan? Dalilnya, tinggal dipilih! Baginya, mengangkat kekeliruan dan kesalahan orang tersebut dan mengenyampingkan kebaikan-kebaikannya, lebih mudah dan terasa memuaskan, ketimbang menyebut kebaikan-kebaikannya dan menutup kekeliruannya atau minimal mencari klarifikasi atas apa yang dianggapnya salah. Kondisi seperti ini sebenarnya merugikan pihak pengumpat jauh lebih besar ketimbang yang diumpat. Hatinya semakin keruh, kata-katanya semakin tidak terkontrol dan tertutuplah kebaikan-kebaikan yang seharusnya bisa dia dapatkan.

Kesalahan adalah tabi'at manusia, apalagi kalau wilayah aktifitasnya pada tataran riil dengan segmen publik yang luas, berbeda kalau wilayah aktifitasnya hanya sebatas wacana dan diskusi terbatas. Saya teringat kemarin dengan kepanitiaan Halal Bihalal komunitas Indonesia yang diselenggarakan Formatra di Riyadh. Mengadakan acara dengan pengunjung lebih dari seribu orang bukan kerja sederhana, bahkan boleh dibilang spektakuler, apalagi diadakan di negara seperti Arab Saudi. Panitia sudah banting tulang mengemas dan mempersiapkannya, bahkan menjelang acara, ada panitia yang tidak tidur 24 jam untuk itu. Namun tetap saja, kekurangan dan kekeliruan terjadi. Di antara pengunjung, ada yang dengan mudahnya mengumpat dan melampiaskan kekesalannya.

Kekeliruan memang harus diluruskan, setelah kita yakin bahwa itu kekeliruan. Tapi tidak dengan membuat kekeliruan baru dengan bergunjing, memperlebar masalah dan menafikan berbagai kebaikan yang ada, apalagi terhadap orang yang secara umum berusaha menempuh jalur kebaikan dan menebarkan kebaikan. Adapun niatnya, hanya Allah yang mengetahui niat seseorang, kecuali kalau kita ingin menandingi Allah dalam masalah ini.

Ada kisah menarik dan sangat dikenal (haditsnya dikutip oleh Imam Nawawi dalam Riyadhushshalihin, bab Taubat), yaitu tentang Ka'ab bin Malik, shahabat mulia namun pernah tergelincir karena mangkir dalam perang Tabuk. Di tengah perjalanan, ketika ada seseorang hendak melampiaskan kekesalannya dengan berkata di hadapan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, 'Wahai Rasulullah, dia tertahan oleh burdah (kain bergaris yang indah dari Yaman) dan sedang asyik dengannya...' Mendengar itu, serta merta Muaz bin Jabal menyergah, 'Buruk sekali apa yang kamu katakan, demi Allah wahai Rasulullah, aku tidak mengenalnya kecuali dia orang yang baik.' (Muttafaq alaih)


* Abdullah Haidir, Ketua Majelis Pertimbangan Wilayah (MPW) DPW PKS Arab Saudi
* Sumber: www.pks-arabsaudi.org

0 comments:

Post a Comment

-
-

Powered By Blogger