Thursday, November 25, 2010

Kebahagiaan Hidup

Oleh: Ustadz Arifin Ilham
Kebahagiaan hidup di dunia ini bermula dari merasakan halaawatul iimaan (manisnya iman). Dan, halaauwatul iimaan adalah buah dari al-Mujaahadah fii thaa'atillah (usaha sungguh-sungguh untuk melaksanakan ketaatan kepada Allah swt).

Allah memberi hidayah halaawatul iimaan kepada hamba-Nya, karena hamba itu terus-menerus “merayu” ridha-Nya dengan kemurnian akidah, kenikmatan beribadah, dan kemuliaan akhlak. Seseorang akan merasakan nikmatnya beribadah ketika ia konsisten melaksanakan ketaatan kepada-Nya.

Ibarat seorang musafir yang menempuh perjalanan ke suatu tempat. Dia akan merasa senang ketika akan memulai perjalanan, juga ketika masih dalam perjalanan. Puncak perasaan senang itu datang saat ia telah sampai ke tempat yang ditujunya.

Diumpamakan juga seperti anak kecil yang diajak berekreasi oleh orang tuanya. Dia akan merasa gembira ketika orang tuanya menjanjikan hal itu. Dia akan lebih gembira lagi ketika ia dan orang tuanya mulai bersiap-siap untuk berangkat ke tempat itu. Puncak kegembiraannya adalah pada saat ia sampai ke tempat tujuan.

Diibaratkan juga seperti seorang yang akan menikah. Dia merasa senang pada saat-saat menjelang pernikahannya. Terlebih lagi setelah pernikahan itu dilaksanakan.

Begitu iuga dengan seorang hamba yang beribadah kepada Allah swt. Dia akan melaksanakan ibadahnya dengan senang hati, khusyuk, dan nikmat. Puncak kenikmatan beribadahnya dirasakan pada saat menjelang kematian. Dia akan merasakan kebahagiaan. Karena itulah pintu pertemuannya dengan Allah swt. Zat yang selalu diibadahinya dengan segenap perasaan tunduk dan cinta selama hidupnya di dunia.

Allah swt berfirman,
Dan orang-orang yang beriman berkata: "Sesungguhnya orang-orang yang merugi ialah orang-orang yang kehilangan diri mereka sendiri dan kehilangan keluarga mereka pada hari kiamat." Ingatlah, Sesungguhnya orang- orang yang zalim itu berada dalam azab yang kekal. [42:45]

Yang dimaksud dengan kehilangan diri dan keluarga ialah tidak merasakan kenikmatan hidup abadi karena disiksa.

Subhanallah. Ingatlah bahwa orang-orang beriman akan tetap berkumpul bersama keluarga mereka yang beriman di akhirat nanti. Sementara orang-orang yang tidak beriman, keluarga mereka akan terpisah dan bercerai-berai. Sungguh kehidupan di dunia adalah cerminan dari kehidupan akhirat. Jika di dunia kita hidup sukses dan bahagia dalam ketaatan kepada Allah, maka di akhirat pun kita akan menjadi orang yang sukses dan bahagia di bawah naungan ridha Allah swt.

Mereka yang sukses di akhirat dimulai dari kesuksesan mereka dalam menjalani hidup di dunia, dan kesuksesan menjalani hidup di dunia adalah dengan menjadi hamba yang bertaqwa.

Ingatlah bahwa mereka yang masuk ke surga bukan karena banyaknya pahala shalat, zakat, puasa atau ibadah mereka yang lain, tetapi semua itu karena rahmat dan ridha Allah swt.

Surga terlalu mahal untuk diperoleh dengan ibadah yang hanya 60 sampai 70 tahun usia hidup kita, meski banyak orang yang usia hidupnya kurang dari itu, dan usia yang digunakan untuk beribadah pun tidak mencapai separuhnya. Sementara nikmat yang Allah berikan kepada kita tidak terhitung dengan jumlah angka-angka yang dibuat untuk urusan duniawi.

Akan tetapi, Allah mencintai kita semua. Karena rahmat dan kasih sayang-Nya itulah, Dia memberikan rasa cinta dalam hati kita. Perasaan cinta pada keimanan dan menjadikannya terasa nikmat dan indah bagi orang-orang yang beriman.

0 comments:

Post a Comment

-
-

Powered By Blogger