Oleh: Ustadz Arifin Ilham
Kebahagiaan hidup di dunia ini bermula dari merasakan halaawatul iimaan (manisnya iman). Dan, halaauwatul iimaan adalah buah dari al-Mujaahadah fii thaa'atillah (usaha sungguh-sungguh untuk melaksanakan ketaatan kepada Allah swt).
Allah memberi hidayah halaawatul iimaan kepada hamba-Nya, karena hamba itu terus-menerus “merayu” ridha-Nya dengan kemurnian akidah, kenikmatan beribadah, dan kemuliaan akhlak. Seseorang akan merasakan nikmatnya beribadah ketika ia konsisten melaksanakan ketaatan kepada-Nya.
Ibarat seorang musafir yang menempuh perjalanan ke suatu tempat. Dia akan merasa senang ketika akan memulai perjalanan, juga ketika masih dalam perjalanan. Puncak perasaan senang itu datang saat ia telah sampai ke tempat yang ditujunya.
Diumpamakan juga seperti anak kecil yang diajak berekreasi oleh orang tuanya. Dia akan merasa gembira ketika orang tuanya menjanjikan hal itu. Dia akan lebih gembira lagi ketika ia dan orang tuanya mulai bersiap-siap untuk berangkat ke tempat itu. Puncak kegembiraannya adalah pada saat ia sampai ke tempat tujuan.
Diibaratkan juga seperti seorang yang akan menikah. Dia merasa senang pada saat-saat menjelang pernikahannya. Terlebih lagi setelah pernikahan itu dilaksanakan.
Begitu iuga dengan seorang hamba yang beribadah kepada Allah swt. Dia akan melaksanakan ibadahnya dengan senang hati, khusyuk, dan nikmat. Puncak kenikmatan beribadahnya dirasakan pada saat menjelang kematian. Dia akan merasakan kebahagiaan. Karena itulah pintu pertemuannya dengan Allah swt. Zat yang selalu diibadahinya dengan segenap perasaan tunduk dan cinta selama hidupnya di dunia.
Allah swt berfirman,
Dan orang-orang yang beriman berkata: "Sesungguhnya orang-orang yang merugi ialah orang-orang yang kehilangan diri mereka sendiri dan kehilangan keluarga mereka pada hari kiamat." Ingatlah, Sesungguhnya orang- orang yang zalim itu berada dalam azab yang kekal. [42:45]
Yang dimaksud dengan kehilangan diri dan keluarga ialah tidak merasakan kenikmatan hidup abadi karena disiksa.
Subhanallah. Ingatlah bahwa orang-orang beriman akan tetap berkumpul bersama keluarga mereka yang beriman di akhirat nanti. Sementara orang-orang yang tidak beriman, keluarga mereka akan terpisah dan bercerai-berai. Sungguh kehidupan di dunia adalah cerminan dari kehidupan akhirat. Jika di dunia kita hidup sukses dan bahagia dalam ketaatan kepada Allah, maka di akhirat pun kita akan menjadi orang yang sukses dan bahagia di bawah naungan ridha Allah swt.
Mereka yang sukses di akhirat dimulai dari kesuksesan mereka dalam menjalani hidup di dunia, dan kesuksesan menjalani hidup di dunia adalah dengan menjadi hamba yang bertaqwa.
Ingatlah bahwa mereka yang masuk ke surga bukan karena banyaknya pahala shalat, zakat, puasa atau ibadah mereka yang lain, tetapi semua itu karena rahmat dan ridha Allah swt.
Surga terlalu mahal untuk diperoleh dengan ibadah yang hanya 60 sampai 70 tahun usia hidup kita, meski banyak orang yang usia hidupnya kurang dari itu, dan usia yang digunakan untuk beribadah pun tidak mencapai separuhnya. Sementara nikmat yang Allah berikan kepada kita tidak terhitung dengan jumlah angka-angka yang dibuat untuk urusan duniawi.
Akan tetapi, Allah mencintai kita semua. Karena rahmat dan kasih sayang-Nya itulah, Dia memberikan rasa cinta dalam hati kita. Perasaan cinta pada keimanan dan menjadikannya terasa nikmat dan indah bagi orang-orang yang beriman.
Kebahagiaan hidup di dunia ini bermula dari merasakan halaawatul iimaan (manisnya iman). Dan, halaauwatul iimaan adalah buah dari al-Mujaahadah fii thaa'atillah (usaha sungguh-sungguh untuk melaksanakan ketaatan kepada Allah swt).
Allah memberi hidayah halaawatul iimaan kepada hamba-Nya, karena hamba itu terus-menerus “merayu” ridha-Nya dengan kemurnian akidah, kenikmatan beribadah, dan kemuliaan akhlak. Seseorang akan merasakan nikmatnya beribadah ketika ia konsisten melaksanakan ketaatan kepada-Nya.
Ibarat seorang musafir yang menempuh perjalanan ke suatu tempat. Dia akan merasa senang ketika akan memulai perjalanan, juga ketika masih dalam perjalanan. Puncak perasaan senang itu datang saat ia telah sampai ke tempat yang ditujunya.
Diumpamakan juga seperti anak kecil yang diajak berekreasi oleh orang tuanya. Dia akan merasa gembira ketika orang tuanya menjanjikan hal itu. Dia akan lebih gembira lagi ketika ia dan orang tuanya mulai bersiap-siap untuk berangkat ke tempat itu. Puncak kegembiraannya adalah pada saat ia sampai ke tempat tujuan.
Diibaratkan juga seperti seorang yang akan menikah. Dia merasa senang pada saat-saat menjelang pernikahannya. Terlebih lagi setelah pernikahan itu dilaksanakan.
Begitu iuga dengan seorang hamba yang beribadah kepada Allah swt. Dia akan melaksanakan ibadahnya dengan senang hati, khusyuk, dan nikmat. Puncak kenikmatan beribadahnya dirasakan pada saat menjelang kematian. Dia akan merasakan kebahagiaan. Karena itulah pintu pertemuannya dengan Allah swt. Zat yang selalu diibadahinya dengan segenap perasaan tunduk dan cinta selama hidupnya di dunia.
Allah swt berfirman,
Dan orang-orang yang beriman berkata: "Sesungguhnya orang-orang yang merugi ialah orang-orang yang kehilangan diri mereka sendiri dan kehilangan keluarga mereka pada hari kiamat." Ingatlah, Sesungguhnya orang- orang yang zalim itu berada dalam azab yang kekal. [42:45]
Yang dimaksud dengan kehilangan diri dan keluarga ialah tidak merasakan kenikmatan hidup abadi karena disiksa.
Subhanallah. Ingatlah bahwa orang-orang beriman akan tetap berkumpul bersama keluarga mereka yang beriman di akhirat nanti. Sementara orang-orang yang tidak beriman, keluarga mereka akan terpisah dan bercerai-berai. Sungguh kehidupan di dunia adalah cerminan dari kehidupan akhirat. Jika di dunia kita hidup sukses dan bahagia dalam ketaatan kepada Allah, maka di akhirat pun kita akan menjadi orang yang sukses dan bahagia di bawah naungan ridha Allah swt.
Mereka yang sukses di akhirat dimulai dari kesuksesan mereka dalam menjalani hidup di dunia, dan kesuksesan menjalani hidup di dunia adalah dengan menjadi hamba yang bertaqwa.
Ingatlah bahwa mereka yang masuk ke surga bukan karena banyaknya pahala shalat, zakat, puasa atau ibadah mereka yang lain, tetapi semua itu karena rahmat dan ridha Allah swt.
Surga terlalu mahal untuk diperoleh dengan ibadah yang hanya 60 sampai 70 tahun usia hidup kita, meski banyak orang yang usia hidupnya kurang dari itu, dan usia yang digunakan untuk beribadah pun tidak mencapai separuhnya. Sementara nikmat yang Allah berikan kepada kita tidak terhitung dengan jumlah angka-angka yang dibuat untuk urusan duniawi.
Akan tetapi, Allah mencintai kita semua. Karena rahmat dan kasih sayang-Nya itulah, Dia memberikan rasa cinta dalam hati kita. Perasaan cinta pada keimanan dan menjadikannya terasa nikmat dan indah bagi orang-orang yang beriman.










Pecah bentrokan antara polisi dan anggota kelompok oposisi terbesar Mesir hari Sabtu kemarin (20/11) dan pihak berwenang menangkap ratusan anggota Ikhwanul Muslimin menyusul adanya ketegangan yang intensif menjelang pemilihan parlemen pekan depan.
Iedul Adha 10 Dzulhijjah 1431 H yang bertepatan dengan hari Selasa, 16 November 2010 H dilaksanakan secara antusias oleh rakyat Gaza, tak terkecuali dua relawan MER-C, Abdillah Onim dan Ir. Nur Ikhwan Abadi, yang sedang menunaikan amanah untuk mengawal program pembangunan RS Indonesia di Jalur Gaza.
Perjalanan menuju lapangan hanya memakan waktu 15 menit berjalan kaki. Nampak para petugas keamanan berjaga di sekitar tempat shalat. Karena masih pagi, belum banyak orang yang datang, baru empat shaf terisi, relawan MER-C mengambil posisi di shaf ketiga dari depan.
Dalam khutbahnya Ismail Haniya mengatakan bahwa walaupun kita berbeda, namun kita adalah ummat yang satu, kitab suci kita satu, Nabi kita satu, dan Tuhan kita satu. Haniya juga mengatakan pentingnya untuk membela Masjid Al-Aqsha, Masjid suci ketiga setalah Masjidil Haram dan Masjid Nabawi.
Seorang pejabat intelijen senior Israel hari Ahad kemarin (14/11) memperingatkan bahwa penguasa Hamas di Jalur Gaza telah memiliki roket yang dapat melakukan perjalanan hingga 80 km (50 mil) - jangkauan yang lebih jauh daripada yang dilaporkan sebelumnya (laporan sebelumnya menyebutkan hanya 60 km), yang akan menempatkan kota metropolis pesisir Tel Aviv dalam jangkauan roket tersebut.
Berikut adalah rangkuman kultwit @fahrihamzah yang di RT (Retweet) oleh @relawanPKS di twitter. Kuliah berlangsung menjelang Rabu (10/11) dinihari sampai menjelang jam 03.00. Ejaan dan penulisan sengaja tidak kami edit, hanya beberapa kesalahan salah ketik saja (sebagian besar kami abaikan) dan hashtag #merapi kami hilangkan. Banyak sekali butir pikiran yang memompa semangat kerelawanan kita. Selamat membaca.
Hidayatullah.com -- Pemerintah Kerajaan Arab Saudi memberikan penghargaan tinggi kepada jemaah haji Indonesia karena dianggap paling santun dan sabar dalam melaksanakan rukun Islam kelima di tanah suci.



Kubu saling bersaing Palestina faksi Fatah dan Hamas sepakat untuk melanjutkan pembicaraan rekonsiliasi setelah hari libur Idul Adha pekan depan, kata pejabat dari kedua belah pihak yang mengatakan hal itu Rabu kemarin (10/11).
Kementerian Luar Negeri Hamas telah mengundang Presiden Iran Mahmud Ahmadinejad untuk mengunjungi Gaza untuk "menghidupkan kembali semangat" gerakan perlawanan Palestina.
Pada tanggal 2 November 1917, Lord Arthur Balfour, sekretaris luar negeri Inggris, berjanji untuk menciptakan tanah air bagi bangsa Yahudi di Palestina. Yang kemudian dikenal sebagai Deklarasi Balfour, namun ternyata dokumen tersebut menjadi batu loncatan pertama menuju pendirian negara Israel pada tahun 1948.

