Ustadz Hasan Al-Banna berpidato dalam muktamar mahasiswa yang diselenggarakan di kantor Syubbanul Muslimin Kairo, tahun 1938. Salah satu anggota muktamar terlalu bersemangat hingga meneriakkan pekik, “Hidup Hasan Al-Banna!”
Meski pekikan itu tidak mendapat sambutan para hadirin, namun Ustadz Hasan Al-Banna diam sejenak, sehingga seluruh mata hadirin tertuju pada beliau. Kemudian beliau berseru dengan nada tinggi, “Wahai Ikhwan, tidak akan ada lagi orang yang meneriakkan pekikan untuk seseorang dalam dakwah kita. Dakwah kita adalah dakwah Islamiyah Rabbaniyah yang berlandaskan akidah tauhid. Dakwah tidak akan menyimpang dari akidah ini. Wahai Ikhwan, luapan semangat jangan membuat kalian lupa pada prinsip-prinsip yang kita yakini. Pekikan kita adalah, “Ar-Rasul Qudwatuna (Rasulullah teladan kita)!”.
Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. Al-Ahzab: 56)
Ketegasan dan kemantapan Akidah
Perhatikanlah wahai akhi, begitu tegasnya Ustadz Hasan Al-Banna mengantisipasi munculnya bibit penyakit figuritas dalam dakwah dan penyimpangan dalam akidah. Sikap seperti ini menyadarkan kita bahwa para du’at hendaknya bersikap preventif dalam upaya mengarahkan pemahaman dan melindungi akidah umat.
Kecintaan pada sesuatu adalah fitrah. Terlebih lagi jika dilandasi ghirah keislaman. Ustadz Hasan Al-Banna sendiri dalam ushulu ‘isyrin berkata: “Cinta kepada orang-orang yang shalih, memberikan penghormatan kepadanya, dan memuji perilaku baiknya adalah bagian dari taqarrub kepada Allah swt…”. Akan tetapi kecintaan dan luapan semangat jangan sampai membuat kita lupa pada prinsip-prinsip akidah. Kecintaan, kebanggaan, penghormatan dan penghargaan harus kita tempatkan secara proporsional dengan memperhatikan akidah, syariah, dan akhlak Islam.
Dakwah Islamiyah Rabbaniyah
Karekteristik dakwah Islamiyah yang mesti kita jaga dengan sungguh-sungguh adalah bahwa dakwah ini bersifat rabbaniyah; menyeru, mengajak, berorientasi, dan menisbatkan dirinya pada Rabbul ‘alamin. Bukan mengajak pada person, thariqat, mazhab, jam’iyyah, hizb atau tandzim tertentu yang kemudian melupakan substansi untuk mengajak pada Allah; berpegang teguh pada Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah Muhammad SAW sesuai dengan pemahaman para salafu shalih.
“Katakanlah, ‘inilah jalanku. Aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak kepada Allah dengan hujjah yang nyata.” (QS. Yusuf, 12: 108)
Semoga Allah senantiasa membimbing dan melindungi kita dari tipu daya setan yang selalu berupaya menjauhkan kita dari jalan kebenaran.
Amin Ya Rabbal ‘alamin…
Meski pekikan itu tidak mendapat sambutan para hadirin, namun Ustadz Hasan Al-Banna diam sejenak, sehingga seluruh mata hadirin tertuju pada beliau. Kemudian beliau berseru dengan nada tinggi, “Wahai Ikhwan, tidak akan ada lagi orang yang meneriakkan pekikan untuk seseorang dalam dakwah kita. Dakwah kita adalah dakwah Islamiyah Rabbaniyah yang berlandaskan akidah tauhid. Dakwah tidak akan menyimpang dari akidah ini. Wahai Ikhwan, luapan semangat jangan membuat kalian lupa pada prinsip-prinsip yang kita yakini. Pekikan kita adalah, “Ar-Rasul Qudwatuna (Rasulullah teladan kita)!”.
Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. Al-Ahzab: 56)
******
Wahai akhi, pelajaran apakah yang antum dapatkan dari potongan kisah ini? Nilai apakah yang dapat antum ambil?Ketegasan dan kemantapan Akidah
Perhatikanlah wahai akhi, begitu tegasnya Ustadz Hasan Al-Banna mengantisipasi munculnya bibit penyakit figuritas dalam dakwah dan penyimpangan dalam akidah. Sikap seperti ini menyadarkan kita bahwa para du’at hendaknya bersikap preventif dalam upaya mengarahkan pemahaman dan melindungi akidah umat.
Kecintaan pada sesuatu adalah fitrah. Terlebih lagi jika dilandasi ghirah keislaman. Ustadz Hasan Al-Banna sendiri dalam ushulu ‘isyrin berkata: “Cinta kepada orang-orang yang shalih, memberikan penghormatan kepadanya, dan memuji perilaku baiknya adalah bagian dari taqarrub kepada Allah swt…”. Akan tetapi kecintaan dan luapan semangat jangan sampai membuat kita lupa pada prinsip-prinsip akidah. Kecintaan, kebanggaan, penghormatan dan penghargaan harus kita tempatkan secara proporsional dengan memperhatikan akidah, syariah, dan akhlak Islam.
Dakwah Islamiyah Rabbaniyah
Karekteristik dakwah Islamiyah yang mesti kita jaga dengan sungguh-sungguh adalah bahwa dakwah ini bersifat rabbaniyah; menyeru, mengajak, berorientasi, dan menisbatkan dirinya pada Rabbul ‘alamin. Bukan mengajak pada person, thariqat, mazhab, jam’iyyah, hizb atau tandzim tertentu yang kemudian melupakan substansi untuk mengajak pada Allah; berpegang teguh pada Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah Muhammad SAW sesuai dengan pemahaman para salafu shalih.
“Katakanlah, ‘inilah jalanku. Aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak kepada Allah dengan hujjah yang nyata.” (QS. Yusuf, 12: 108)
Semoga Allah senantiasa membimbing dan melindungi kita dari tipu daya setan yang selalu berupaya menjauhkan kita dari jalan kebenaran.
Amin Ya Rabbal ‘alamin…
0 comments:
Post a Comment