Dakwatuna.com - Sebuah rencana makar telah difokuskan oleh kaum musyrikin Mekah kepada Rasulullah saw., hal ini dilakukan setelah mereka berkali-kali gagal melakukan upaya menghalangi mencegah, mengintimidasi, menteror dan sebagainya. Sasaran utama mereka adalah para pengikut Rasulullah yang terdiri dari orang-orang lemah dan tidak memiliki dukungan kuat dari kabilahnya maupun tokoh yang memiliki kekuatan. Semua cara kekerasan yang dilakukan oleh orang-orang kafir musyrik ternyata tidak mampu menghentikan harakah dakwah. Maka mereka pun mencoba menggunakan cara-cara lain, yaitu dengan cara “mudahanah” seperti dengan bujukan, rayuan dan mengajak kompromi dan sebagainya, intinya adalah agar Rasulullah berhenti tidak lagi menyerukan dakwah Islam kepada mereka.
Mereka menginginkan agar kalimat tauhid, “La Ilaha Illallah” tidak lagi berkumandang di muka bumi. Namun Rasulullah sedikit pun tidak bergeming dari tekadnya untuk terus menyampaikan dakwah ini kepada seluruh manusia sampai Islam jaya di muka bumi atau beliau binasa dalam memperjuangkannya.
Ketika orang-orang kafir mengetahui bahwa dakwah Rasulullah diam-diam terus berkembang tidak hanya di kalangan keluarga atau teman-teman dekatnya, akan tetapi mulai didukung oleh orang-orang di luar kaum Quraisy, bahkan orang-orang dari luar kota Mekah, maka bertambahlah kekhawatiran mereka karena jika Muhammad dapat keluar dari negerinya pasti akan menyusun kekuatan bersama para pengikutnya untuk memerangi mereka, maka mereka pun segera berkumpul di “darun nadwah” sebagai tanda keseriusan dan kebulatan tekad untuk mengakhiri dakwah yang disampaikan oleh Rasulullah.
Mereka bermusyawarah untuk menyatukan kata sepakat sebagaimana dilontarkan oleh Abu Jahal , yaitu kumpulkan para pemuda, preman dan para algojo dari semua kabilah kemudian mereka dipersenjatai dengan senjata lengkap, selanjutnya diinstruksikan kepada mereka secara serentak untuk membunuh Muhammad. Hanya dengan cara inilah mereka bisa lega dari gangguan dakwah Muhammad, kalkulasinya adalah jika Muhammad terbunuh keluarga besarnya tidak akan mampu berhadapan dengan semua kekuatan kabilah mereka.
Allah SWT mengungkapkan rencana makar mereka di dalam ayat Al-Quran:
“ Dan ingatlah ketika orang-orang kafir telah bersepakat untuk melakukan makar kepadamu, untuk menangkap atau membunuhmu atau mengusirmu, mereka berbuat makar dan Allah pun membuat makar untuk mereka dan makar Allah adalah lebih baik dari makar mereka” (Al-Anfal, 30)
Musuh-musuh Islam senantiasa beranggapan bahwa dengan terbunuhnya Muhammad atau pemimpin dakwah, maka tidak akan ada lagi perlawanan dari para pengikutnya, tidak ada lagi jihad dan gerakan revolusioner dari pengikutnya. Anggapan ini jelas tidak benar, karena sesungguhnya semangat perjuangan Islam tidak akan pernah berhenti dengan terbunuhnya sang pemimpin karena setiap diri orang beriman adalah pemimpin.
Upaya yang sia-sia
Maka dapat kita baca dalam sejarah atau kita saksikan bahwa semua upaya orang-orang kafir untuk membunuh tokoh dakwah hanya akan sia-sia saja dari usahanya. Karena Islam adalah sebuah gerakan individu dan jamaah, sebuah gerakan ruhiyah aqliyah dan jasadiyah yang tak terpisahkan satu sama lainnya, maka ketika musuh-musuh Islam berhasil untuk menghabisi gerakan Islam dengan jalan membunuh pemimpinnya tidaklah berarti habis pula gerakan Islam itu sendiri. Banyak contoh di beberapa negara muslim yang telah terbunuh pimpinannya namun perjuangan pengikutnya justru semakin menggelora bagai rantai yang tak terputus. Jika satu terputus menjadi syahid akan tumbuh beribu calon syuhada yang akan menunggu.
Langkah dan sarana menuju kemenangan
Sarana strategis dan penting untuk mengantarkan kemenangan yang dapat diambil dari peristiwa hijrah antara lain:
Tidurnya Sahabat Ali ra di tempat tidur Rasulullah, hal ini menunjukkan betapa pentingnya gerakan Islam menjalankan kewajiban ikhtiar dan persiapan dalam segala sesuatunya untuk menghadapi musuh meski sesungguhnya seluruh kekuatan itu di gantungkan kepada Allah SWT. Tidurnya Ali bin Abi Thalib adalah sebuah kesiapan total yang meliputi harta dan jiwa.
Keluarnya Rasulullah di waktu siang yang panas terik, karena sesungguhnya waktu siang panas terik bagi kebanyakan orang-orang Arab adalah waktu qailulah, waktunya orang beristirahat tidur sebentar di siang hari, maka sikap ini mengandung makna kerahasiaan dan upaya untuk menghindar dari pengawasan pandangan mata kebanyakan orang.
Keluarnya Nabi dari celah dinding rumah Abu Bakar, bisa jadi rumah Abu bakar As-Siddiq adalah bagian dari wilayah pengamatan orang-orang musyrikin dari sekian banyak rumah yang ada, hal ini menunjukkan upaya untuk menghindar pandangan orang yang senantiasa mengawasi rumah seseorang di mana pada umumnya pengawasan itu terfokus pada pintu sebagai kelayakan orang keluar dan masuk rumah. Maka keluarnya nabi dari rumah Abu Bakar As-Siddiq melalui celah dinding merupakan upaya rahasia untuk menjauhkan dari pengamatan dan pandangan musuh.
Arah menuju Gua Tsur, jika rencana untuk membunuh Nabi di kota Mekah sudah tidak bisa dihindari, maka berarti jalan menuju kota Madinah adalah fokus pengawasan bagi pasukan berkuda dari orang-orang kafir yang telah disiap-siagakan agar Nabi tidak bisa sampai ke kota Madinah. Begitu kira-kira logika berfikir umumnya orang, karena ke sanalah memang arah dan tempat yang akan dituju oleh Nabi.
Maka menguasai dan menghalangi langkah musuh berarti terselesaikannya perang secara cepat dan praktis dengan lawan.
Ketika Nabi mengarahkan langkahnya ke gua tsur maka langkah ini dapat dikatakan sebagai upaya mengalihkan analisa dari musuhnya dan sekaligus membuyarkannya, karena Gua Tsur tidak berada di jalan menuju Madinah.
Berita-berita di kota Mekah, Abu Bakar as-Siddiq menyuruh anaknya Abdullah untuk memantau berita yang dibicarakan orang-orang kafir tentang Nabi dan ayahnya di siang hari, untuk kemudian kembali disampaikan kepada keduanya di malam hari, maka Nabi dan Abu Bakar tidak sekadar bersembunyi untuk waktu tertentu seukuran waktu orang melakukan perjalanan ke Madinah, akan tetapi juga harus mengetahui secara langsung atas kerahasiaan langkah dan upaya yang dilakukannya, sejauh mana yang dilakukan oleh musuh. Nabi memastikan diri untuk dapat memantau sikap dari musuhnya .
Mengatur perbekalan
Inilah peran yang diamanahkan kepada Asma binti Abu Bakar, selama Rasulullah dan ayahnya berada di dalam gua untuk beberapa waktu, seandainya suplai makanan terputus kemungkinan besar Rasulullah dan orang tuanya akan mati kelaparan. Anda bisa bayangkan seorang Asma binti Abu Bakar seorang anak perempuan dengan segala keterbatasannya dibanding saudara lelaki nya Abdullah bin Abu Bakar, namun demikian ia mampu memerankan tugasnya yang demikian penting
Penghapusan bekas jejak
Mengikuti bekas jejak adalah petunjuk yang dapat menemukan persembunyian Rasulullah dan Abu Bakar as-Siddiq di dalam gua.
Demikian pula ketika Abdullah dan Asma yang setiap hari mendatangi gua, maka tugas Amir bin Fuhairah dialah yang menghapus bekas jejak keduanya.
Inilah sebuah pelajaran berharga yang dapat di pelajari oleh para pemuda dan pemudi jika ia bersungguh-sungguh mempelajarinya, inilah pelajaran dari kerja-kerja rahasia dengan pemahaman yang dalam dan detail, sebuah strategi yang sangat di perlukan dalam menghilangkan jejak agar tidak bisa dibaca oleh musuh.
Berkesinambungan selama tiga hari
Hari-hari pertama keberadaan Rasulullah dan Abu Bakar As-Siddiq di dalam gua adalah hari di mana seluruh tempat di kota Mekah dalam pengawasan dan pemantauan yang ketat oleh orang-orang kafir, mereka begitu intens dan ketatnya melakukan pencarian terhadap Rasulullah hingga kesemua pelosok untuk menemukan tempat persembunyiannya.
Tiga hari adalah waktu yang dibutuhkan untuk menyisirnya sudah mereka pergunakan dengan optimal, maka jika lebih dari tiga hari Rasulullah tidak segera meninggalkan kota Mekah sementara Abdullah dan Asma masih terus menjalankan tugasnya, tentu orang-orang kafir akan melihat dan menilai lain dari apa yang dilakukan oleh Abdullah dan Asma hal ini sangat memungkinkan untuk diketahuinya tugas rahasia keduanya dan akan mudah terbongkar tugas yang dijalankannya.
Peran dan campur tangan kekuatan langit
Orang-orang kafir telah melakukan upaya habis-habisan untuk menemukan Rasulullah dan Abu Bakar As-Siddiq, seluruh tanah dan pegunungan di kota Mekah telah disisir rata tak sejengkal pun yang terlewatkan dalam pencariannya, pencarian pun berakhir di sekitar gua tempat Rasulullah dan Abu Bakar As-Siddiq bersembunyi. Abu Bakar berkata pada Rasulullah, Ya Rasulullah ada seseorang yang melihat persembunyian kita, Rasulullah menjawab: Tidak ya Abu Bakar, Malaikat akan menutupi kita dengan kedua sayapnya. sesaat kemudian orang tersebut membuang hajat di depan mulut gua, Rasulullah pun menegaskan: Jika ia melihat persembunyian kita, tentu ia tidak akan melakukannya. Maka berdoa kepada Allah dengan kerendahan hati dan kesungguhan dan mohonlah pertolongan-Nya.
Tugas manusia hanyalah melakukan ikhtiar dengan memaksimalkan potensi dan kekuatan yang dimilikinya, karena sesungguhnya kekuatan Allahlah yang akan menjawab keterbatasan yang dimiliki oleh manusia, karena sesungguhnya Allahlah yang menjadikan ketenangan dan kecukupan pada diri manusia, setelah manusia menyerahkan kembali urusan dan kekuasaan kepada-Nya.
Memanfaatkan dari pengalaman orang-orang musyrik
Ketika abu Bakar As-Siddiq menyewa Abdullah bin Uraikith sebagai pemandu perjalanan beliau bersama Rasulullah. Saat itu Abdullah bin Uraikith adalah seorang Musyrik. ini menunjukkan bahwa pemanfaatan dalam konteks seperti ini dapat dilakukan selama ada jaminan keamanan, artinya rencana rahasia yang akan dilakukan tidak akan tersebar kepada orang-orang musyrikin. Maka gerakan dakwah pun dapat mengambil manfaat dari potensi yang ada pada non-muslim selama berpeluang dan kemudian ada garansi kepercayaan keamanahan dari pihak non-muslim tersebut.
Ketika Abu bakar As-Siddiq ditanya Rasulullah: Siapakah orang yang bersama dengan engkau? beliau menjawab: Ini adalah orang yang akan memberi petunjuk jalan dalam perjalanan, pada orang itu ada jalan yang dapat menunjukkan kebaikan, inilah kecerdasan dan firasat seseorang yang dapat melakukan langkah cerdas tanpa harus berdusta dalam memanfaatkan potensi lawan.
Menyikapi orang seperti Suraqah
Penting bagi harakah Islamiyah untuk mengambil pelajaran dari sikap yang dilakukan oleh Rasulullah terhadap orang seperti Suraqah
- Kemampuan menyikapi lawan, bagaimana mengambil hati lawan kemudian bekerja sama dengannya sehingga dapat memperoleh kemenangan dari potensi lawan tersebut.
- Dalam perjalanan menuju tegaknya daulah Islam terkadang ada perjanjian dan kerjasama dengan musuh, yang penting bagaimana kita bisa mencari bagian yang jelas yang dapat menguntungkan dan mendatangkan ketenangan kita, soal nanti bagaimana itu hal lain.
- Mengambil posisi aman dari lawan yang bisa berubah sikap dan menyatakan keberpihakan dan kepercayaan kepada kita, sekalipun seseorang dalam satu sikap memusuhi Islam di sisi lain pada dirinya ada peluang untuk mendapat hidayah untuk menjadi muslim. Allahu a’lam
0 comments:
Post a Comment