BANGKOK: Upaya untuk menyebarkan syiar Islam di Negeri Gajah Putih terus digencarkan oleh umat Islam negeri itu. Saat ini, mereka sedang menggiatkan kaderisasi dakwah. Untuk itu, pemuda-pemuda mualaf disekolahkan di universitas-universitas terkemuka di Bangkok. Setelah lulus, mereka akan memanggul tugas suci menyebarkan Islam.
"Kita bertekad menyebarkan Islam ke seluruh penjuru Thailand," ujar Ketua World Association of Muslim Youth (WAMY) Wilayah Thailand Abdulrosid Niringjuerae, di kantornya di Bangkok, Selasa (5/7).
Saat ini, tak kurang dari 3.000 mahasiswa Muslim belajar di Universitas Ramkhamhaeng, Bangkok. Sebagian besar dari mereka berasal dari Thailand selatan. Sementara itu, ratusan lainnya datang dari Thailand utara seperti daerah pariwisata, Udhontani.
Anak-anak muda Muslim itu, kata Rosid, mendalami Islam melalui halaqah-halaqah kecil di asrama. Mereka mengkaji ilmu fikih, akidah, dan akhlak Islam. Mereka juga mempelajari sains dan ilmu pengetahuan sosial. Mereka juga dibekali keterampilan berceramah agar nanti bisa menjadi dai andal di tengah masyarakat. "Kita menginginkan mereka mampu menguasai berbagai ilmu pengetahuan sebagai bekal dakwah."
Saat ini, kata dia, pertumbuhan umat Islam di Thailand utara tergolong masif. Tahun ini, misalnya, pernah 200 warga Thailand utara masuk Islam secara serentak. Sebelum masuk Islam, mereka umumnya adalah penganut animisme.
Di tengah banyaknya penganut animisme di Thailand, kaum Muslim berdakwah menawarkan konsep tauhid. Kepada mereka dijelaskan, konsep Tuhan mereka terlalu kabur dan tidak dapat dicerna akal sehat. Sementara itu, konsep tauhid dapat dipahami dengan mudah. "Mereka menerima pemahaman akan keesaan Tuhan," kata Rosid.
Setelah lebih dari dua tahun berdakwah di kalangan penganut animisme, sudah ribuan warga yang umumnya berparas mirip Tionghoa ini memeluk Islam. Walau begitu, geliat dakwah belum akan berhenti. Seperti dikatakan Rosid, pihaknya masih butuh banyak kader untuk menyebarluaskan pemahaman tentang Islam di Thailand.
Harus diakui, kaderisasi dakwah bukanlah program tanpa biaya. Saat inipun, aku Rosid, pihaknya kekurangan dana. Tapi, ia yakin, walau dana kurang, program kaderisasi dakwah ini akan terus berjalan. "Insya Allah, bantuan ada saja yang datang meskipun tidak banyak," ujarnya.
Ketua Badan Pengembangan Kepemimpinan DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Dwi Triyono yang sedang berada di Bangkok menyatakan, dai harus memiliki strategi dalam berdakwah. Mereka harus mampu mengembangkan semangat toleransi beragama seperti yang dilakukan Sunan Kudus ketika menyebarkan Islam di Tanah Jawa. Kearifan lokal dimanfaatkan sebagai sarana dakwah dengan mengikis nilai-nilai yang bertentangan dengan Islam. Tradisi selamatan, misalnya, semula ada sesajen yang ditujukan untuk makhluk gaib, namun kemudian diubah menjadi kegiatan berdoa.
"Kegiatannya tetap ada, namun kandungan nilainya yang diubah. Ini merupakan bagian dari Islamisasi kebudayaan sekitar. Bukan berarti menolak atau memusnahkan budaya, tetapi mengislamkannya."
Sumber: Republika
( Erdy Nasrul/ Wachidah handasah )
"Kita bertekad menyebarkan Islam ke seluruh penjuru Thailand," ujar Ketua World Association of Muslim Youth (WAMY) Wilayah Thailand Abdulrosid Niringjuerae, di kantornya di Bangkok, Selasa (5/7).
Saat ini, tak kurang dari 3.000 mahasiswa Muslim belajar di Universitas Ramkhamhaeng, Bangkok. Sebagian besar dari mereka berasal dari Thailand selatan. Sementara itu, ratusan lainnya datang dari Thailand utara seperti daerah pariwisata, Udhontani.
Anak-anak muda Muslim itu, kata Rosid, mendalami Islam melalui halaqah-halaqah kecil di asrama. Mereka mengkaji ilmu fikih, akidah, dan akhlak Islam. Mereka juga mempelajari sains dan ilmu pengetahuan sosial. Mereka juga dibekali keterampilan berceramah agar nanti bisa menjadi dai andal di tengah masyarakat. "Kita menginginkan mereka mampu menguasai berbagai ilmu pengetahuan sebagai bekal dakwah."
Saat ini, kata dia, pertumbuhan umat Islam di Thailand utara tergolong masif. Tahun ini, misalnya, pernah 200 warga Thailand utara masuk Islam secara serentak. Sebelum masuk Islam, mereka umumnya adalah penganut animisme.
Di tengah banyaknya penganut animisme di Thailand, kaum Muslim berdakwah menawarkan konsep tauhid. Kepada mereka dijelaskan, konsep Tuhan mereka terlalu kabur dan tidak dapat dicerna akal sehat. Sementara itu, konsep tauhid dapat dipahami dengan mudah. "Mereka menerima pemahaman akan keesaan Tuhan," kata Rosid.
Setelah lebih dari dua tahun berdakwah di kalangan penganut animisme, sudah ribuan warga yang umumnya berparas mirip Tionghoa ini memeluk Islam. Walau begitu, geliat dakwah belum akan berhenti. Seperti dikatakan Rosid, pihaknya masih butuh banyak kader untuk menyebarluaskan pemahaman tentang Islam di Thailand.
Harus diakui, kaderisasi dakwah bukanlah program tanpa biaya. Saat inipun, aku Rosid, pihaknya kekurangan dana. Tapi, ia yakin, walau dana kurang, program kaderisasi dakwah ini akan terus berjalan. "Insya Allah, bantuan ada saja yang datang meskipun tidak banyak," ujarnya.
Ketua Badan Pengembangan Kepemimpinan DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Dwi Triyono yang sedang berada di Bangkok menyatakan, dai harus memiliki strategi dalam berdakwah. Mereka harus mampu mengembangkan semangat toleransi beragama seperti yang dilakukan Sunan Kudus ketika menyebarkan Islam di Tanah Jawa. Kearifan lokal dimanfaatkan sebagai sarana dakwah dengan mengikis nilai-nilai yang bertentangan dengan Islam. Tradisi selamatan, misalnya, semula ada sesajen yang ditujukan untuk makhluk gaib, namun kemudian diubah menjadi kegiatan berdoa.
"Kegiatannya tetap ada, namun kandungan nilainya yang diubah. Ini merupakan bagian dari Islamisasi kebudayaan sekitar. Bukan berarti menolak atau memusnahkan budaya, tetapi mengislamkannya."
Sumber: Republika
( Erdy Nasrul/ Wachidah handasah )
0 comments:
Post a Comment