Saturday, July 23, 2011

4 Tahapan Dakwah Berdasarkan Urutan Turunnya Surat Al-Qur’an


An article by Arief Maulana

Sudah lama sebenarnya saya ingin menulis ini, hanya saja baru sempat sekarang. Seperti biasa, kalau saya pulang ke Sidoarjo untuk ambil cuti, sebisa mungkin bila ada pengajian pagi ba’da subuh ngga akan saya lewatkan.

Sayang, mengingat materinya biasanya bagus, pun ustadznya oke. Mengingatkan saya pada Ust.Sya’roni yang dulu pengajiannya juga rutin saya ikuti ketika masih di bali.


Pagi itu, subuh tanggal 21 Mei 2011. Kebetulan materinya adalah lanjutan tafsir Al-Qur’an dan beberapa doa yang biasa dibaca Rasulullah SAW. Namun, Ust. Zaini sempat menyinggung surat Al-Alqalam.

Berawal dari sini kemudian Ust. Zainin menuturkan tentang urutan-urutan turunnya surat dalam Al-Qur’an yang diambil dari referensi Profesor Dr. siapa, saya lupa namanya.

Urutan surat yang turun dalam Al-Qur’an antara lain :

Al-’Alaq
Al-Qalam
Al-Muzammil
Al-Mudatsir

Kemudian selanjutnya Ust. Zaini menuturkan bahwa urutan turunnya surat-surat pertama ini juga menggambarkan bagaimana seharusnya urutan-urutan dakwah dilakukan.
Al-‘Alaq –> Membaca



Membaca

Langkah awal ketika akan mulai berdakwah, hendaknya sering-sering membaca. Ikutilah pengajian-pengajian yang rutin untuk menambah wawasan.

Bacalah Al-Qur’an tidak hanya sekedar huruf arabnya saja melainkan juga dengan arti bahkan tafsirnya. Pahami pelan-pelan satu persatu. Bagaimana caranya? Ya aktif di dalam majelis-majelis ilmu.

Baca juga hadits-hadits Rasulullah untuk mengenal beliau lebih jauh dan bagaimana beliau bersikap. Karena beliaulah seharusnya suri teladan yang kita ikuti.

Lebih luas lagi, bacalah alam semesta ini untuk menyadarkan kita bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatunya. Kita ini tidak ada apa-apanya. Belajarlah dari alam semesta karena ilmu melimpah disana, asalkan kita mau belajar!
Al-Qalam –> Menulis



Ikatlah ilmu dengan menuliskannya

Tidak hanya membaca, tapi kita juga secara tidak langsung diperintahkan untuk menulis. Lihatlah bagaimana para Ulama-ulama besar di masanya pada aktif menulis. Karya-karya yang luar biasa dituliskan. Apa-apa yang mereka pelajari, mereka pahami ditulis semua.

Jika membaca adalah cara untuk menjaring ilmu, maka seperti dituturkan oleh Ali bin Abi Thalib,

“Ikatlah ilmu dengan menuliskannya!”

Jangan cuma sekedar diingat. Ditulis kalau bisa. Syukur-syukur hasil tulisannya bisa disharingkan kepada orang lain sebagai salah satu bentuk dakwah kita. Bukankah sudah banyak media yang bisa memfasilitasinya. Blog misalnya.

Saya sendiri berusaha menuliskan apa yang saya ketahui meski sedikit melalui blog yang bisa dibaca oleh siapa saja. Entah dalam konteks yang Islami seperti ini ataupun dalam konteks yang general seperti di blog motivasi yang saya kelola.
Al-Muzammil –> Membangun Jiwa Dengan Shalat



Membangun jiwa dengan shalat

Tahapan selanjutnya adalah membangun jiwa dengan shalat. Sudah sering kita mendengar bahwa shalat dapat mencegah perbuatan yang munkar.

Orang yang kualitas shalatnya bagus akan tercermin dari perilakunya. Karena shalat bukan hanya sekedar ritual ibadah begitu saja. Justru shalat seharusnya kita jiwai hingga ke perbuatan sehari-hari.

Coba saja baca terjemah Surat ini. Anda akan mendapati bahwa adalah sangat baik apabila kita tidur lebih awal untuk bangun di tengah malam. Menegakkan shalat, membaca Al-Qur’an dan berdzikir.

Mengapa tengah malam? Karena Allah tahu, urusan kita di siang hari sangat banyak. Silahkan baca terjemahan Surat Al-Muzammil.
Al-Mudatsir –> Action



Mulailah berdakwah!

Setelah membangun kualitas diri, maka selanjutnya adalah bertindak alias mulai berdakwah. Tidak perlu langsung heboh dalam skala besar. Mulai dari kelompok-kelompok kecil. Menyampaikan apa yang kita ketahui walau itu hanya 1 ayat.

Sampaikan lah kebenaran tanpa harus memaksakan kehendak. Lebih bagus lagi bila tindakan berbicara lebih keras dari kata-kata. Alias kita tunjukkan dengan perilaku ataupun ahlaq yang baik, sebagaimana Rasulullah SAW berdakwah.

Sampaikan apa yang harus disampaikan. Apapun responnya, itu adalah pilihan mereka karena kita hanya bisa sebatas menyampaikan kebenaran. Hidayah adalah hak prerogatif Allah mau menurunkannya kepada siapa.

Saya kira ini dulu yang bisa saya bagikan. Alhamdulillah masih terekam jelas apa-apa yang disampaikan oleh Ust.Zaini. Buru-buru saya tulis disini sebelum lupa.

Jihad tidak hanya dengan pertempuran fisik ataupun kekerasan. Jihad bisa dilakukan dengan pena alias tulisan. Lakukan sesuai kapasitas dan kemampuan kita masing-masing! Sesama saudara harus saling mengingatkan, bukan?Semoga bermanfaat.

PS : Mohon bila ada yang salah, untuk dikoreksi. Karena saya menulis ulang apa yang disampaikan oleh Ust. Zaini.

0 comments:

Post a Comment

-
-

Powered By Blogger